komunikasi efektif

KASUS
Tuan Hang usia 40 tahun masuk gawat darurat kaena terjadi perdarahan, dan membutuhkan pertolongan segera. Tuan Hang meronta-ronta kesakitan, banyak mengeluh dan banyak mengatur perawat dalam penanganan terhadap kondisinya. Anda sebagai perawat yang menangani kasus tersebut, bagaimana cara anda melakukan komunikasi pada pasien tersebut.
TAHAPAN KOMUNIKASI:
1. Tahap Pre-Interaksi
- Melihat catatan pasien
- Mempersiapkan peralatan
- Mempersiapkan solusi
2. Tahap Orientasi
- Memberikan salam
- Menjelaskan tindakan dan lamanya tindakan
- Meyakinkan klien kepada perawat dalam melakukan tindakan
- Memberikan informasi tentang keadaan yang di alami
3. Tahap Kerja
- Menanyakan keluhan yang dialami saat ini
- Memberikan motivasi kepada pasien
- Menanyakan sebab terjadinya perdarahan
- Memberikan informasi tentang keadaannya
- Menjelaskan apa yang bisa di lakukan pasien

4. Tahap Terminasi
- Memberitahukan pasien bahwa tindakan telah selesai
- Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
- Merencanakan tindakan selanjutnya
- Memberikan reinforcement positif kepada pasien
- Mengakhiri kegiatan dengan baik.

DIALOG

Perawat : Selamat pagi bapak Hang
Tn. Hang : pagi pak (sambil merintih kesakitan),
Perawat : Pak pagi ini saya akan melakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan bapak, kurang lebih selama 30 menit ini saya akan menemani bapak. Apakah bapak bersedia ?
Tn. Hang : ya pak saya bersedia, tapi apakah sakit pak….
Kenapa harus sampai seperti ini pak…(sambil merintih).
Perawat : ya pak…nanti mungkin akan agak sedikit sakit, nanti kalau bapak merasa sakit bapak bisa bilang kepada saya ya.., apakah bapak mengerti…?.
Tn. Hang : (mengangguk perlahan)
Perawat : untuk tujuannya ini agar perdarahan bapak tidak berangsu-angsur lama pak…!!. Nanti bapak bisa cepat sembuh…bapak tidak usah takut pak, kami di sini memberikan yang terbaik untuk pasien pak…(sambil tersenyum ramah). Saya mulai ya pak….
Tn. Hang : tap..tapi…ini sakit pak….apakah saya bisa cepat sembuh…
Perawat : bapak berdoa saja pak…agar bapak bisa cepat sembuh…
Sebelumnya perdarahan bapak ini terjadinya karena apa ya pak…
Tn. Hang : oh iya…saya selalu berdoa…
Perdarahan saya ini terjadi karena jatuh mas…(sambil tetap meringis & meronta-ronta)
Apakah saya harus tetap di sini ya mas apa saya tidak boleh keluar…saya ingin pulang mas…
Perawat : oh iya pak….bapak…bapak yang sabar….
Nanti kalau bapak seperti ini bapak tambah lama sembuhnya….bapak jangan di bawa bergerak-gerak seperti itu, semakin bapak seperti itu darah yang keluar akan semakin banyak pak…
Tn. Hang : tapi ini sakit….nanti saya jangan di suntik ya mas….
Perawat : iya pak…..sekarang saya hanya membersihkan perdarahannya pak…bapak tidak usah takut…tidak sakit kan pak…kalau sakit bapak bisa tarik napas panjang lalu keluarkan perlahan pak…tujuanya untuk mengurangi rasa sakit bapak…atau bapak bisa mengalihkan perhatian bapak…misalnya dengan ngobrol…begitu pak…(sambil melakukan kegiatan)
Tn. Hang : oh iya….(sambil melaksanakan yang di ajarkan)
Nanti ini di ganti lagi apa bagaimana mas..
Perawat : belum pak…besok baru akan di ganti pak…bapak masih terasa sakit pak…
Tn. Hang : masih sedikit…tapi bisa lebih baik daripada tadi…(sambil sedikit tersenyum)
Perawat : bapak saya sudah selesai sekarang bagaimana perasaanya pak…?
Tn. Hang : lebih nyaman….walau masih sedikit sakit….
Perawat : oh ya…sakitnya karena adanya perdarahan itu pak…nanti saya akan kembali untuk memberikan obat untuk menurunkan rasa sakit bapak…sebelumnya mungkin ada yang ingin bapak tanyakan lagi pak…?
Tn. Hang : belum…(sambil tersenyum dan agak sedikit kesakitan)
Perawat : baiklah pak kalau begitu saya permisi dulu pak nanti kalau bapak butuh sesuatu, atau bagaimana bapak bisa panggil saya atau teman-teman saya yang lain di ruang jaga pak…bapak cepat sembuh ya pak…permisi pak….
Tn. Hang : ya….sama-sama…..

OBAT KONTRASEPSI

2.1 PENGERTIAN OBAT KONTRASEPSI
Kontrasepsi dapat diartikan sebagai menghindarkan konsepsi atau kehamilan. Sedangkan alat kontrasepsi,adalah segala macam alat atau cara yang di gunakan satu pihak atau kedua belah pihak pasangan suami istri untuk menghindarkan konsepsi.
Dahulu kala pada abad sebelum masehi,Hipocrates pernah menganjurkan wanita2 yang terlambat haid dan kebanyakan anak untuk bekerja lebih keras atau olah raga lebih berat lagi agar supaya mereka mendapat haid lagi.ada yang mengatakan bahwa abortus atau pengguguran kandungan mungkin merupakan alat kontrasepsi tertua di dunia ini.tetapi abortus ini oleh pandangan Agama apapun tidak di benarkan dan di anggap berdosa bagi mereka yang melakukan tindakan pengguguran ini,bahkan undang2 di beberapa negara pun menganggap bahwa perbuatan ini adalah illegal dan bagi pelakunya dikenakan sanksi hukum .Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan setelah berhubungan
intim.Alat ini atau cara ini sifat tidak permanen, dan memungkinkan pasangan untuk
mendapatkananak apabila diinginkan.Ada berbagai macam jenis Alat Kontrasepsi yang tersedia di pasaran, yang dapat dibeli dengan bebas. Obat kontrasepsi mempengaruhi pada 3 bagian proses reproduksi pria yang yaitu proses spermatogenesis, proses maturasi sperma, dan transportasi sperma. Sedang pengaruh kontrasepsi pada proses reproduksi wanita antara lain menghambat ovulasi, menghambat penetrasi sperma, menghambat fertilisasi, dan menghambat implantasi. Sampai saat ini, obat kontrasepsi oral yang efektif dan paling banyak digunakan adalah dari golongan steroida. Hampir semua jenis obat tersebut adalah hasil sintesis di laboratorium. Memang tidak semuanya dibuat secara sintesis total, tetapi paling tidak obat tersebut merupakan hasil dari parsial sintesis bahan alam. Akibatnya, sifat alami dari obat tersebut juga berubah drastis, sehingga mengakibatkan beberapa efek samping yang merugikan.
2.2 MACAM – MACAM METODE KONTRASEPSI
1) NON FARMAKOLOGI
A) KONTRASEPSI TEKNIK
a) Coitus Interruptus (senggama terputus): ejakulasi dilakukan di luar vagina.Efektivitasnya 75-80%. Faktor kegagalan biasanya terjadi karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau terlambat menarik penis keluar. Senggama terputus adalah mengeluarkan penis dari vagina sebelum ejakulasi. Meskipun keefektifan metoda ini adalah 80%, tetapi metoda ini membutuhkan kontrol yang baik dari pria. Metoda ini mengurangi kepuasan pasangan. Meskipun ejakulasi terjadi di luar vagina, cairan pre ejakulasi terkadang juga mengandung sperma sehingga pembuahan tetap saja dapat terjadi.
 Cara kerja: Penis dikeluarkan sebelum ejakulasi sehigga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.
 Manfaat/kelebihan Kontrasepsi
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu produksi asi
3. Dapat digunakan sebagai pendukung metoda keluarga berencana lainnya
4. Tidak ada efek samping & Dapat digunakan setiap waktu
5. Tidak membutuhkan biaya
 Nonkontrasepsi
1. Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
2. Untuk pasangan, memungkinkan hubungan yang lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam
 Kekurangan
1. Efektivitas tergantung kesediaan pasangan melakukan senggama terputus
2. Efektivitas menurun bila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi melekat pada penis
3. Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual
 Efek Samping
Ada pun epek samping yang didapatkan adalah dapat menyebabkan penyakit ginekologik, neurologist, kejiwaan seperti neurasteni, keluhan prostate.
b) Sistem kalender (pantang berkala): tidak melakukan senggama pada masa subur, perlu kedisiplinan dan pengertian antara suami istri karena sperma maupun sel telur (ovum) mampu bertahan hidup s/d 48 jam setelah ejakulasi. Efektivitasnya 75-80%. Faktor kegagalan karena salah menghitung masa subur (saat ovulasi) atau siklus haid tidak teratur sehingga perhitungan tidak akura
 Kelebihan
Tidak ada efek samping, gratis
 Kelemahan
Gagal karena salah menghitung masa subur, siklus haid tidak teratur
c) Prolonged lactation atau menyusui, selama 3 bulan setelah melahirkan saat bayi hanya minum ASI dan menstruasi belum terjadi, otomatis tidak akan hamil.Tapi begitu Ibu hanya menyusui < 6 jam / hari, kemungkinan terjadi kehamilan cukup besar.
B) KONTRASEPSI MEKANIK
a) Kondom:. Kondom merupakan selaput/selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis salama hubungan seksual. Kondom terbuat dari kareT sintetis yang tips, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau berbentuk putting susu. Kondom dibuat dlm berbagai variasi baik dari segi bentuk, warna, pelumas, ketebalan, maupun bahan pembuatnya. Kondom dapt digunakan bersamaan dengan alat kontrasepsi lain. Selain itu, kondom juga membantu mencegah penularan penyakit menular seksual, termasuk AIDS. Efektif 75-80%. Terbuat dari latex, ada kondom untuk pria maupun wanita serta berfungsi sebagai pemblokir / barrier sperma. Kegagalan pada umumnya karena kondom tidak dipasang sejak permulaan senggama atau terlambat menarik penis setelah ejakulasi sehingga kondom terlepas dan cairan sperma tumpah di dalam vagina
 Cara kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah pada saluran reproduksi wanita. Selain itu, kondom juga mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan ke pasangan lain.
 Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom menjadi tidak efektif karena tidak konsisten dalam pemakaian. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
 Manfaat / kelebihan
•Efektif bila digunakan dengan benar
•Tidak mengganggu produksi ASI
•Tidak mengganggu kesehatan klien
•Tidak memiliki pengaruh sistemik
•Murah dan dapat dibeli secara umum
•Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
•Dapat digunakan sebagai metoda kontrasepsi sementara
 Kekurangan
•Efektifitas tidak terlalu tinggi
•Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan
•Agak mengganggu hubungan seksual karena mengurangi sentuhan langsung
•Pada beberapa klien menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
•Harus selalu tersedia setiap klai berhubungan seksual
•Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum
•Pembuangan kondom bekas dapat menimbulkan masalah limbah
b) Femindom: Alat ini seperti kondom, tapi dipakai oleh perempuan. Bentuknya seperti topi yang menutupi mulut rahim. Terbuat dari bahan karet dan agak tebal. Fungsinya sama dengan kondom laki-laki, tapi ukurannya lebih besar. Bentuknya elastis dan fleksibel sehingga dapat mengikuti kontur vagina, selain itu juga bisa dipakai beberapa jam sebelum melakukan hubungan seksual. Berbentuk silinder, panjangnya 17 cm dan diameter sekitar 7 cm, di kedua
c) Spermatisida: Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Spermisida ini dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal; suposituria, dan krim. Efektivitasnya 70%. Sayangnya bisa menyebabkan reaksi alergi.Kegagalan sering terjadi karena waktu larut yang belum cukup, jumlah spermatisida yang digunakan terlalu sedikit atau vagina sudah dibilas dalam waktu < 6 jam setelah senggama.

 Aerosol (Busa)
• Kocok tempat aerosol 20-30 menit sebelum digunakan
• Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkank aplikator pada mulut kontainer dan tekan aplikator untuk mengisi busa
• Sambil berbaring, lakukan insersi aplikator ke dalam vagina mendekati serviks, dorong sampai busa keluar
• Aplikator segera dicuci dengan sabun dan air, tiriskan dan keringkan. Jangan berbagi aplikator bersama orang lain
 Tablet vagina atau supposituria
• Cuci tangan sebelum membuka paket
• Lepaskan tablet/supposituria dari paket
• Sambil berbaring, masukkan talet/supposituria jauh ke dalam vagina
• Tunggu 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual
• Sediakan selalu ekstra pengadaan tablet maupun supposituria
 Krim
• Insersi kontrasepsi krim setelah dikemas ke dalam aplikator sampai penuh, masukkan ke dalam vagina sampai mendekati serviks
• Tekan alat pendorong sampai krim keluar. Tidak perlu menunggu kerja krim
• Aplikator harus dicuci dengan sabun dan air sesuai dengan pencegahan infeksi untuk alat-alat, tiriskan dan keringkan
• Untuk memudahkan pembersihan alat, pisahkan bagian-bagiannya. Jangan berbagi aplikator dengan orang lain. Sediakan selalu ekstra krim dirumah
 Cara kerja
Spermisida ini menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat gerakan sperma, dan menurunkan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur.
 Pilihan
•Aerosol (busa) efektif segera setelah insersi
•Busa spermisida dianjurkan apabila digunakan hanya sebagai metoda kontrasepsi
•Tablet vaginal, suposituria, dissolvable film penggunaannya disarankan menunggu 10-15 menit sesudah dimasukkan sebelum hubungan seksual
•Jenis spermisida jeli digunakan dengan diafragma
 Manfaat /kelebihan
•Efektif seketika (busa dan krim)
•Tidak mengganggu produksi ASI dan mampu melindungi dari IMS
•Bisa digunakan sebagai pendukung metoda lain
•Tidak mengaggu kesehatan klien
•Tidak memiliki pengaruh sistemik
•Mudah digunakan
•Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
•Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
 kekurangan
•Efektivitas kurang
•Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan
•Ketergantungan pengguna dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual
•Pengguna harus menunggu 10-15 menit untuk tablet vaginal, suposituria, dissolvable film
•Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam
 Seleksi klien pengguna spermisida
Sesuai untuk klien dan Tidak sesuai untuk klien yang:
• Tidak menyukai metoda kontrasepsi hormonal seperti perokok atau usia di atas 35 tahun
• Tidak menyukai penggunaan AKDR
• Menyusui dan perlu kontrasepsi
• Memerlukan proteksi terhadap IMS
•Memerlukan metoda sederhana sambil menunggu metoda yang lain
• Berdasarkan umur & mslh kesehatan mybbkn kehamilan dg resiko tinggi
•Terinfeksi saluran uretra
• Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat kelamin
• Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan
• Ingin metoda KB efektif
 Efek samping dan masalah Penanganan
Iritasi vagina Periksa adanya vaginitis atau IMS. Jika penyebabnya spermisida, alihkan ke spermisida lain dengan komposisi berbeda / bantu pemilihan metoda lain
Iritasi penis dan rasa tidak nyaman Periksa IMS. Jk pyebabnya spermisida, alihkan ke spermisida lain dg komposisi berbeda / bantu pemilihan metoda lain
Gangguan rasa panas di vagina Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan bahwa rasa hangat adalah normal. Jika tidak ada perubahan alihkan ke spermisida lain dengan komposisi berbeda atau bantu pemilihan meoda lain
Kegagalan tablet tidak larut Alihkan k spermisida lain dg komposisi berbeda atau bantu pemilihan meoda lain
 Cara penggunaan/instruksi bagi klien
• Cuci tangan dg sabun & air mengalir sblm mgisi aplikator & insersi spermisida
• Gunakan spermisida tiap berhubungan intim
10-15 menit• Jarak tunggu setelah tablet vagina atau supposituria dimasukkan
• Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa
• Ikuti petunjuk cara penggunaan dan cara penyimpanan
• Tempatkan spermisida jauh dalam vagina sehingga serviks terlindungi dg baik
d) Vaginal diafragma: Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama.Efektivitasnya sangat kecil, karena itu harus digunakan bersama spermatisida untuk mencapai efektivitas 80%. Cara ini bisa gagal bila ukuran diafragma tidak pas, tergeser saat senggama, atau terlalu cepat dilepas (< 8 jam) setelahsenggama.
 Jenis-jenis diafragma
• Flat spring (flat metal band)
• Coil spring (coiled wire)
• Arching spring (kombinasi metal spring)
 Cara kerja: Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus& tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.
 Manfaat/ kelebihan
• Efektif bila digunakan dngan benar
• Tidak mengganggu produksi ASI
• Tidak mengganggu hub seksual krn telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya
• Tidak mengganggu kesehatan klien
• Tidak mempunyai pengaruh sistemik
 Kekurangan
• Efektivitas sedang (bila digunakan dengan dengan spermisida angka kegagalan 6-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)
• Keberhasilan sbg kontrasepsi bergantung pd kepatuhan mgikuti cr penggunaan
• Motivasi diperlukan berkesinambungan dg mnggunakannya stiap berhub seksual
• Pemeriksaan pelvik o/ petugas kes terlatih diperlukan utk memastikan ketepatan pemasangan
• Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra
• Pada 6 jam pasca hubungan seksual, alat masih harus berada di posisinya
 Seleksi klien pengguna diafragma
Sesuai untuk klien dan Tidak sesuai untuk klien yang:
• Tidak menyukai metoda kontrasepsi, seperti perokok, atau di atas usia 35 tahun
• Tidak menyukai penggunaan AKDR
• Menyusui dan perlu kontrasepsi
• Memerlukan proteksi terhadap IMSmemerlukan metoda sederhana sambil menunggu metoda lain • Berdasarkan umur serta masala kesehatan menyebabkan kehamilan menjadi beresiko tinggi
• Terinfeksi saluran uretra
• Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat kelaminnya
• Mempunyai riwayat sinrom syok karena keracunan
• Ingin metoda KB efektif
 Efek samping dan Penanganan
Infeksi saluran uretra Pengobatan dengan antibiotika yg sesuai, apabila diafragma mjd pilihan utama dlm ber-KB. Sarankn segera mengosongkan kandung kemih stlh melakukan hub seks atau sarankan memakai metoda lain
Dugaan adanya reaksi alergi diafragma atau dugaan adanya reaksi alergi spermisida Walaupun jrg tjd, terasa krg nyaman dan mgkn berbahaya. Jk ada gjl iriasi vagina, khususnya pasca senggama,tdk mengidap IMS, berikan spermisida yg lain atau bantu memilih metoda lain
Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rektum Pastikn ketepatan letak diafragma apabila alat terlalu besar. Cobalah dg ukuran yg lebih kecil. Tindak lanjut utk meyakinkan masalah telah tertangani
Timbul cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebih dari 24 jam Periksa IMS/benda asing dlm vagina. Jk tdk ada, sarankan mlepaskn diafragma stlh hub seks tapi tdk <6jam stlh hub yg terakhir. Stlh diangkat, diafragma dicuci dg hati-hati mggunakan sabun cair & air. Jika mengidap IMS, lakukan pemrosesan alat sesuai dengan pencegahan infeksi
 Cara penggunaan/instruksi bagi klien
• Gunakan diafragma setiap kali berhubungan intim
• Diafragma dipasang beberapa saat sebelum berhubungan intim, oleh karena itu vesika urinaria perlu dikosongkan terlebih dahulu dan cuci tangan
• Tes bahwa diafragma tidak berlubang (dengan air/cahaya)
• Oleskan kira-kira satu sendok the spermisida pada dasar diafragma dan disekeliling diafragma
• Posisi yang memudahkan prosedur adalah dengan mengangkat satu kaki dan meletakkannya ke atas kursi/dudukan toilet. Diafragma juga dapat dipakai sambil berbaring atau jongkok
• Lebarkan kedua bibir vagina
• Pegang diafragma dengan erat, masukkan ke dalam vagina jauh ke belakang dengan bagian yang mengandung spermisida menghadap ke serviks. Dorong bagian depan ke pinggiran atas di balik tulang pubis
• Masukkan jari ke vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi
• Bila setelah 6 jam diafragma masih berada di dalam vagina atau masih ingin melakukan hubungan seksual, maka spermisida harus dioleskan kembali
• Lepaskan diafragma maksimal 6 jam setelah hubungan seksual terakhir. Ingat, hindari pemakaian diafragma selama 24 jam untuk mencegah infeksi
• Untuk mengeluarkan diafragma, tarik bagian depan diafragma kemudian tarik ke bawah dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah

e) IUD (Intra Uterine Device) atau spiral
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada wanita yang ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini. Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang seluk-beluk alat kontrasepsi ini.
 Jenis-jenis AKDR di Indonesia
1. Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
2. Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
3. Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
4. Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
 Pemasangan AKDR
Prinsip pemasangan adalah menempatkan AKDR setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Pemasangan AKDR dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.












KEUNTUNGAN IUD KERUGIAN IUD
• Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang
• Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (misalnya PIL)
• Tidak mengganggu hubungan suami istri
• Tidak ada efek samping hormonal
• Tidak mengganggu laktasi (menyusui)
• Tidak berinteraksi dengan obat-obatan
• Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
• Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran
• Kesuburan cepat kembali setelah IUD dicabut / dibuka • Efek sampingnya terhadap siklus haid (menstruasi) sering "mengejutkan", namun tidak berbahaya dan bukan tanda kelainan/penyakit ; perubahan pola haid biasanya pada tiga bulan pertama pemakaian
• Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
• Perdarahan bercak (spotting) diantara siklus haid
• Siklus menjadi lebih pendek
• Kadang-kadang nyeri haid lebih dari biasanya
• Perlu tenaga terlatih untuk memasang dan membukanya
• Perlu follow up (kontrol/kunjungan berkala) untuk evaluasi







 Efek samping umum lainnya adalah :
Segera setelah pemasangan dapat terjadi rasa sakit perut/kram; dapat dihindarkan dengan konseling, relaksasi dan persiapan pemasangan yang baik Perdarahan segera setelah pemasangan; dapat berlangsung 3-5 hari
 IUD dapat dipasang :
IUD dapat dipasangkan setiap saat, asal yakin sedang tidak hamil yakni: 40 hari pasca salin, segera setelah keguguran, atau sedang haid
 Siapa saja yang tidak boleh memakai IUD :
wanita yang menderita penyakit seksual (PHS (penyakit hubungan seksual), AIDS, Gonore, Klamidia), kanker mulut rahim atau kanker alat reproduksi lainnya (ovarium, endometrium), atau trofoblast ( Mola, Koriokarsinoma) yang lebih dikenal dengan istilah hamil anggur atau TBC kandungan.
 Lama Pemakaian AKDR
Sampai berapa lama AKDR dapat dipakai? Hal ini sering menjadi pertanyaan. Sebenarnya, AKDR ini dapat terus dipakai selama pemakai merasa cocok dan tidak ada keluhan. Untuk AKDR yang mengandung tembaga, hanya mampu berfungsi selama 2–5 tahun, tergantung daya dan luas permukaan tembaganya. Setelah itu harus diganti dengan yang baru.

2) FARMAKOLOGIS
A) KONTRASEPSI STERILISASI
Yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi) atau testis pada pria (vasektomi). Proses sterilisasi ini harus dilakukan oleh ginekolog (dokter kandungan). Efektif bila Anda memang ingin melakukan pencegahan kehamilan secara permanen, misalnya karena faktor usia. Mempunyai tingkat kegagalan 0,1 - 0,5%
 Kerugiannya
Senyebabkan infeksi dan komplikasi akibat pembedahan dan kemungkinan kehamilan di luar kandungan jika terjadi kehamilan setelah sterilisasi.
 Efek samping
Atau kerugiannya yakni rasa nyeri di lokasi operasi, reaksi psikologis, dan rasa penyesalan setelah operasi, sifatnya permanen dan berisiko atas komplikasi bedah.
 Keuntungannya
Sangat efektif, permanen, untungnya lagi tidak mengganggu aktifitas seksual dan mempengaruhi fungsi seksual. Penyakit radang panggulpun bisa dikurangi.
B) KONTRASEPSI HORMONAL
Dengan fungsi utama untuk mencegah kehamilan (karena menghambat ovulasi),kontrasepsi ini juga biasa digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh. Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua jenis obat yang bersifat hormonal, yaitu:
1) 4 jenis oral kontrasepsi
a. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Kombinasi
Kombinasi estrogen dan progetron merupakan obat kontrasepsi yang banyak di gunakan.Kombinasi ini memberikan efek meneknan sistem pituitari – hipotalamik yang menyebabkan terjadiya pencegahan ovulasi.selain itu perubahan pada endometrium mengakibatkan implantasi embrio sulit terjadi dan mukus servik menjadi lebih kental sehingga penetrasi sperma di hambat.proliferasi endometrial biasanya diikuti oleh berkurangnya ketebalan endometrium atau terjadinya regresi endometrium sehinggaa menstruasi menjadi berkurang jumlahnya. Ovulasi biasanya terjadi lagi dalam 3 sklus menstruasi setelah pemakaian kontrasepsi oral di hentikan bahkan pada sbagian wanita ovulasi tidak terjadi dan mengalami amenorrhoea sampai 6 bulan atau lebih.
kontrasepsi oral tipe kombinasi ini mengandung suatu estrogen seperti ethinil,estradiol, mestranol, dan satu dari beberapa 19-nortestoteron progestins, yang di gunakan secara sklus selama 21 dari 28 hari.digunakan sebagai kontrasepsi estrogen menekan FSH dan LH sehingga menghambat ovulasi dan menyebabkan perubahan endometrial edematous sehingga implantasi ovum yang telah dibuahi menjadi sulit terjadi mempercepat ranspor ovum dan menyebabkan degenerasi korpus luteum.
Cara penggunaan dan pendosisan
cara penggunaan Pendosisan
Per oral ( PO ) utuk kontrasepsi Kombinasi monoplasmik : satu tablet digunakan setiap hari dan dimulai pada hari pertama menstruasi serta dilanjutkan selama 21 hari.di hentikan selama 7 hari dimulai lahi untuk siklus berhentinya dengan 21 tablet.
PO untuk kontrasepsi setelah melahirkan Pemakaian kontrasepsi setelah 6 minggu setelah melahirkan jika tidak menyusui. Menysui dapat memperlama periode infertilitas.
PO untuk kontrasepsi setelah aborsi Pemakaian kontrasepsi dimulai segera setelah gestasi diterminasi pada minggu ke 12 atau sebelumnya, atau di mulai delam 1 minggu jika gestasi diakhiri pada minggu ke 13 – 28.
PO untuk kontrasepsi emergensi Penggunaan 2 tablet
PO untuk perdarahan uterin disfungsional Dengan menggunakan kombinasi yang manapun,pemakaian satu tablet setiap hari sampai 4 kali sehari selama 5- 7 hari. Untuk perdarahan akut selanjutnya 1 tablet setiap hari secara siklus seperti penggunaan untuk kontrasepsi selama 3 bulan untuk mencegah perdarahan lebih lanjut.
PO utuk disminirhoea atao endometriosis Dengan menggunakan kombinasi yang manapun pemakaian 1 tablrt setiap hari secara berkelanjutan selam 15 minggu dan diikuti dengan bebas obat selama 1 minnggu .selanjutnya pemakaian yang sama dengan siklus 16 minggu selam 6 – 12 bulan guna menginduksi suatu keadaan pseudopregnant

Kelebihan :
• Mudah didapat
• Siklus haid lebih teratur
• Lapisan endometrium lebih tipis: darah haid, anemia lebi rendah
• Disminore turun resikonya
• Menurunkan resiko ca ovarium dan endometrium
• Kista ovarium turun
• Acne turun
Kekurangan :
• Harus diminum setiap hari.
• Tidak semua wanita disarankan menggunakan pil, yaitu:
- ibu menyusui
- perokok
- berusia 40 tahun ke atas
- memiliki problema kesehatan apa pun seperti kejang, TBC, kanker, hipertensi, diabetes, hepatitis, jantung pernah stroke, dan lainnya.
• Menimbulkan efek samping:
- terjadi pendarahan tidak teratur di luar masa haid.
- mual-mual
- sakit kepala

b. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Sekuensial
Terdiri dari 14-15 pil kontrasepsi oral yang berisi derivat estrogen dan 7 pil berikutnya berisi kombinasi estrogen dan progestin. Cara penggunaannya sama dengan tipe kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih sering menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.
c. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Mini
Hanya berisi derivat progestin, noretindron atau norgestrel, dosis kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe kombinasi.
Kelebihan :
• Dapat digunakan untuk ibu menyusui
• Mudah didapat
Kekurangan :
• pendarahan tidak teratur
• haid tidak datang
• terkadang muncul sakit kepal
d. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Pascasanggama (Morning After Pill)
Berisi dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam pascasanggama, selama 5 hari berturut-turut.
 CARA MINUM OC
OC harus diminum tiap hari dengan cara mengikuti petunjuk nama hari yang tertera Di blisternya. Untuk memulai blister pertama Anda, mulailah minum pil pada hari pertama haid, misalnya: Anda mendapat haid pada hari Rabu maka ambil pil yang dibawahnya ada tanda Rabu. Lanjutkan minum pil setiap hari sampai habis (21 hari) yang pasti jatuh pada hari Selasa. Kemudian berhenti minum pil selama 7 hari (akan terjadi menstruasi). Setelah 7 hari bebas pil ini, lanjutkan minum pil dari kemasan yang baru pada hari Rabu lagi, jadi untuk blister ke-2 dst, selalu ikuti siklus 21 hari minum pil +7 hari bebas tablet.
 Efek Samping Pemakaian Pil
Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan di luar haid, rasa mual, bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit jamur pada liang vagina (candidiasis), nyeri kepala, dan penambahan berat badan
2) Susuk KB (Implan)
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini

Antibiotik dan Antijamur

2.1 Pengertian Antibiotik dan Antijamur

2.11. ANTIBIOTIKA

Antibiotika (L.anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil. Turunan zat tersebut yang di buat secara semi-sinfetis. Senyawa sentitasdengan khasiat antibakteri lazimnya disebut antibiotika.
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.
Kegiatan antibiotik untuk pertama kalinya ditemukan oleh dr. Alexander Fleming (inggris, 1928, penisilin). Tetapi penemuan ini baru di kembangkan dan digunakan pada permulaan Perang Dunia II tahun 1941, ketika obat-obat antibiotika sangat di perlukan untuk menanggulangi infeksi dari luka-luka akibat pertempuran.
Lazimnya antibiotika dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungsi di biakan dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen atau udara steril disalurkan kedalam cairan pembiakan guna mempercepat pertumbuhan fungsi dan meningkatkan produksi antibiotikumnya. Setelah di isolasi dari cairan kultur, antibiotikum dimurnikan dan aktivitasnya di temukan.

Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan modern. Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri.

Jenis antibiotik itu juga membunuh bakteri lainnya yang sangat berguna untuk tubuh. Antibiotik yang termasuk kategori itu adalah cephalosporin. Penyakit yang disebabkan virus tidak dapat diberikan antibiotik. Misalnya, sakit flu atau pilek. Sebab, antibiotik tidak dapat membunuh virus karena virus dapat mati sendiri, asal daya tahan tubuh penderita meningkat atau membaik. Meski begitu, dalam perkembangannya, saat ini ada antibiotik yang dikembangkan untuk membunuh virus.
3


A. Mekanisme kerja

Cara kerja yang terpenting adalah perintangan sintesa protein sehingga kuman musnah atau tidak berkembang lagi,misalnya kloramfenoikol,tetrasiklin,aminoglikosida,makrolida,dan limkomisin.
Selain itu beberapa antibiotik bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosporin) atau membran sel (polomiksin,zat-zat polyen dan imidasol).

Antibiotik tidak aktif terhadap kebanyakan virus kecil , mungkin karna virus tidak memiliki proses metabolisme sesungguhnya, melainkan tergantung seluruhnya dari proses tuan rumah.

B. Aktifitasnya

Pada umumnya aktifitas dinyatakan dengan satuan berat (mg) kecuali zat-zat yang belum dapat diperoleh 100% murni dan trdiri dari campuran beberapa zat misalnya : polomiksin B , basitrasin, dan nistatin yang aktifitasnya selalu ditinyatakan dengan satuan intrnasional.Begitu pula senyawa kompleks dari penisilin,yakni prokain dan benzatin-penisilin.

C. Pengunaan

Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga prevensi infeksi misalnya : pada pembedahan besar secara profilaktis juga diberikan pada pasien dengan sendi dan kep jantung buatan juga digunakan sebelum cabut gigi.
Dibawah ini akan dibahas berturut-turut kelompok antibiotik penisil dan sefalosforin , tetrasiklin, kloramfenikol, vankomisin, asam fusidat.

 Penisilin
Penisilin dipeoleh dari jamur penicillium chrysogenum dari berbagai macam virus yang dihasilkan perbedaannya hanya terletak pada gugusan samping R saja.
Penisilin dan turunanya bersifat bakterisid terhadap kuman gram positif (khususnya cocci)dan hanya beberapakuman gram negative.Penisilin termasuk antibiotika spectrum sempit,begitu pula penisili-v dan analognya.

4
Ampisilin dan turunanya serta sefalosporin memiliki spectrum yang lebih luas yang meliputi banyak gram negative antara lain H influenza,E.coli,dan
P.mirabilis.Berapa sefalosporin bahkan aktif terhadap kuman “sulit seodomonas sebagaimana telah diutarakan , antibiotika bakterisid ini tidak dapat di kombinasikan dengan la dan baktriosstatika seperti tetrasiklin , kloramfenikol , eloktromisin , dan pertumbuhan sel dan didingnya.

Pengolonga Penisilin

Penisilin dapat dibagi dalam berbagai jenis menurut aktifitas dan retensunya terhadap laktase sebagai berikut:
A. zat-zat sprektum sempit : benzil penisilin-V dan penitisilin .Zat-zat ini terutama aktif pada kuman gram positif dan diuraikan penisilinaso.
B. Zat-zat tahan laktanase : metisilin kloksasilin dan fluklosasilin.Zat ini hanya aktif terhadap stafilokok dan strepkok.
C. Zat zat spectrum luas : amoksilin dan ampisilin, aktif terhadap kuman -kuman gram positif dan sejumlah kuman gram negative kecuali antara lain pseudomonas, klepsiella dan B. fragilis..

• Untuk ibu hamil dan laktasi
Semua obat penisilin dianggap aman bagi ibu hamil dan menyusui, walaupun dalam jumlah kecil terdapat dalam darah janin dan air susu ibu.



 Sefalosporin.
Sefalosporin termaksud antibiotikate lak-tam dengan sturktur , khasiat dan sifat yang banyak mirip penisilin.Diperoleh secara semisintesis dari sefalosporin C yang dihasilkan jamur cephalosporium acremonium.

• untuk ibu hamil dan laktasi
Sefalosporin dapat dengan mudah melintasi plasenta, tapi kadarnya dalam darah janin lebih rendah daripada ibunya. Sefalotin dan sefaleksin telah digunakan selama kehamilan tanpa adanya laporan buruk bagi bayi,. sefalosporin banyak terdapat pada air susu ibu.




5
 Tetrasiklin


Senyawa tetrasilklin diperoleh dari sterptomices aureofacien ( klorte-trasiklin) dan streptomisin primosus ( oksite-trasiklin ). Khasiatnya bersifat bakteorio statis, hanya melalui injeksi intra vena dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah. Spectrum kerjanya luas dan meliputi banyak cocaci gram positif dan negative serta kebanyakan bacilli kecuali pseoudomonas dan proteus.



• Untuk ibu hamil
Dapat menghambat pembentukan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lebih rapuh dan klasifikasi gigi terpengaruh secara buruk, semua tetrasiklin tidak boleh diberikan setelah bulan ke empat dari kehamilan dan pada anak-anak sampai usia delapan tahun.

 Kloramfenikol
Bersifat bakteoritas terhadap enterobakter dan staph. Kloramfenikol bekerja bakterisin terhadap str.pneumoniae, nesiss menginitides dan influenza.

• Kehamilan dan laktasi
Tiadk dianjurkan khusunya selama minggu terakhir dari kehamilan karena dapat menimbulkan sianosis dan hipotermia pada neonatus. Berhubungan ke plasenta dan mencapai air susu ibu, maka tidak boleh diberikan selama laktasi.

 Asam fusidat
Antibiotikum ini dihasilkan oleh jamur fungi sidium kokineum.Dapat digunakan secara oaral atau intra vena pada infeksi stafilokokus, khususnya bila terdapat resistensi dan hipersensifitas terhadap penisilin atau obat lain.

• Kehamilan dan laktasi
Jika di konsumsi pada akhir kehamilan dapat mengakibatkan antara lain penyakit kuning (icterus) pada bayi.zat ini melintasi plasenta dan terdapat pada air susu ibu.



6
2.12. Antijamur

Preparat vaginal adalah sediaan obat yang diperuntukkan untuk permasalahan pada alat kewanitaan seperti keputihan. Salah satu fungsi utama preparat vaginal yang tersedia di Indonesia adalah sebagai obat keputihan yang beragam penyebabnya.
Salah satu penyebab keputihan adalah infeksi, infeksi disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus. Infeksi terbanyak penyebab keputihan adalah jamur dan parasit Trichomonas, sehingga preparat vaginal di Indonesia banyak diperuntukkan untuk infeksi jamur dengan beragam bentuk sediaan.
Obat antijamur terdiri dari beberapa kelompok yaitu : kelompok polyene (amfoterisin B, nistatin, natamisin), kelompok azol (ketokonazol, ekonazol, klotrimazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol), allilamin (terbinafin), griseofulvin, dan flusitosin.

A. Penggunaan:

 Azol
Antijamur azol merupakan senyawa sintetik dengan aktivitas spektrum yang luas, yang diklasifikasi sebagai imidazol (mikonazol dan ketokonazol) atau triazol (itrakonazol dan flukonazol) bergantung kepada jumlah kandungan atom nitrogennya ada 2 atau 3. Struktur kimia dan profil farmakologis ketokonazol dan itrakonazol sama, flukonazol unik karena ukuran molekulnya yang kecil dan lipofilisitasnya yang lebih kecil. Pada jamur yang tumbuh aktif, azol menghambat 14-α- demetilase, enzim yang bertanggung jawab untuk sintesis ergosterol, yang merupakan sterol utama membran sel jamur. Pada konsentrasi tinggi, azol menyebabkan K+ dan komponen lain bocor keluar dari sel jamur.
7
 Flukonazol

Fluconazole merupakan jenis obat-obatan yang ampuh untuk mengatasi meningitis cryptococcal, tetapi tidak boleh dijadikan prioritas utama untuk pasien pengidap AIDS kecuali jika terdapat alasan-alasan tertentu. Fluconazole terbukti lebih efektif dan lebih dapat ditoleransi dibandingkan amphotericin B untuk mengobati atau mencegah terjadinya cryptococcosis pada pasien penderita AIDS.
Fluconazole saat ini menjadi jenis obat yang menjadi pilihan banyak dokter untuk mengobati pasien penderita meningitis coccidioidal. Syaratnya, pasien tersebut harus tetap mengkonsumsi fluconazole selama hidupnya agar mencegah munculnya kembali penyakit yang sama.

 Nystatin
Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan ragi yang sensitif terhadap obat ini termasuk Candida sp. Di dalam darah sangat berbahaya bagi tubuh, tetapi dengan sifatnya yang tidak bisa melewati membran kulit sangat baik untuk digunakan sebagai obat pemakaian luar saja. Tetapi dalam penggunaannya harus hati-hati jangan digunakan pada luka terbuka.
 Griseofulvin
Griseofulvin, suatu obat jamur, juga dilaporkan memiliki efek yang serupa, yaitu mengurangi efek kontrasepsi oral. Obat jamur lain yang dilaporkan dapat menurunkan potensi pil KB adalah itraconazole, namun mekanismenya belum diketahui secara pasti. Yang menarik, obat kelompok triazol yang lain yaitu ketaconazole, dan fluconazole, dilaporkan menghambat enzim sitokrom P450, yang berarti mengurangi metabolisme pil KB menjadi bentuk tak aktifnya, yang pada gilirannya meningkatkan efek pil KB-nya. Namun karena belum ada data epidemiologi yang akurat, masih sulit untuk menyimpulkan secara pasti interaksi obat jamur dengan kontrasepsi oral.



8

2.13 STUDI KASUS

Belakangan nyonya Susi gelisah. Sudah seminggu ini haidnya terlambat. Apakah nyonya Susi hamil? Padahal dia tidak pernah lupa minum pil KB. Mereka belum berencana menambah anak lagi. Beberapa waktu lalu dia juga punya keluhan seperti keputihan dan gatal di sekitar organ kewanitaannya. Dokter memberinya obat antijamur griseofulvin. Adakah hubungan antara pil KB/kontrasepsi oral dengan antijamur yang dia minum ?

Jawaban:

Hingga sekarang, interaksi obat antara pil KB dan obat antimikroba (antibiotika dan antijamur) masih menjadi kontroversi. Sebagian dokter/klinisi melaporkan adanya sejumlah wanita yang gagal ber-KB karena minum antibiotika selama penggunaan pil KB, terutama tetrasiklin atau golongan penisilin, sementara para ilmuwan belum bisa mengklaim secara kuat bahwa penggunaan secara bersama dua obat tersebut menurunkan konsentrasi obat kontrasepsi oral dalam darah, terutama etinil estradiol (senyawa aktif dalam pil KB).

• Mekanisme terjadinya interaksi antara pil KB dengan obat antibiotika/antijamur ?

Etinil estradiol adalah estrogen pilihan yang banyak digunakan dalam pil KB, dan merupakan senyawa yang aktif utama pil KB. Dari total zat aktif dalam satu pil, hanya kira-kira 40-50 %-nya saja yang dapat mencapai peredaran darah sistemik dalam bentuk tidak berubah, dengan rentang variasi individual berkisar 10 s/d 70%. Sisanya dimetabolisir selama “first pass metabolisme” melalui saluran pencernaan dan liver/hati. Etinil estradiol yang telah melalui peredaran darah akan diserap oleh tubuh, dan sisa yang tidak terserap akan mengalami konjugasi dengan senyawa sulfat, terutama di dinding saluran cerna, lalu ditranspor di pembuluh darah vena ke dalam liver dimana akan terjadi hidroksilasi dan konjugasi dengan asam glukoronat.







9
Dengan proses metabolisme ini, etinil estradiol berubah menjadi senyawa yang tidak aktif, yang pada akhirnya akan dikeluarkan melalui feses/tinja.

Griseofulvin, suatu obat jamur, juga dilaporkan memiliki efek yang serupa, yaitu mengurangi efek kontrasepsi oral. Obat jamur lain yang dilaporkan dapat menurunkan potensi pil KB adalah itraconazole, namun mekanismenya belum diketahui secara pasti. Yang menarik, obat kelompok triazol yang lain yaitu ketaconazole, dan fluconazole, dilaporkan menghambat enzim sitokrom P450, yang berarti mengurangi metabolisme pil KB menjadi bentuk tak aktifnya, yang pada gilirannya meningkatkan efek pil KB-nya. Namun karena belum ada data epidemiologi yang akurat, masih sulit untuk menyimpulkan secara pasti interaksi obat jamur dengan kontrasepsi oral.

Analgetik-Antipiretik

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses alamiah dalam kehidupan biologik wanita. Seperti halnya individu-individu lain dalam populasi, maka seorang wanita hamil suatu saat dalam masa kehamilannya memerlukan terapi obat oleh karena gangguan kesehatan yang diderita.Seorang ibu hamil kemungkinan akan menderita berbagai keluhan atau gangguan kesehatan seperti pada populasi pada umumnya, tetapi disamping itu juga dapat menderita berbagai keluhan atau gangguan pada kehamilannya, seringkali diperlukan farmakoterapi. Kenyataan ini mendorong untuk menekan serendah mungkin pemakaian obat selama kehamilan dengan menghindari pemakaian obat secara sembarangan.
Seorang praktisi medik dalam praktek sehari-hari sering dihadapkan pada berbagai permasalahan pengobatan yang kadang memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus, seperti misalnya pengobatan pada wanita dengan kehamilan. Meskipun prinsip dasar dan tujuan terapi pada kelompok tersebut tidak banyak berbeda, tetapi mengingat masing-masing memiliki keistimewaan dalam penatalaksanaan maka diperlukan pendekatan-pendekatan yang sedikit berbeda dengan kelompok dewasa lainnya.
Pertimbangan pengobatan pada keaadaan hamil, tidak hanya saja berdasarkan pada ketentuan dewasa tetapi perlu beberapa penyesuaian dan perhatian lebih besar pada kemungkinan efek obat pada janin.

1.2. Rumusan Masalah
a. Pengertian analgetik-antipiretik
b. Penggunaan analgetik–antipiretik dalam kehamilan
c. Studi kasus analgetik-antipiretik dalam kehamilan

1.3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian analgetik-antipiretik
b. Mengetahui penggunaan analgetik-antipiretik dalam kehamilan.
c. Mempelajari studi kasus analgetik-antipiretik dalam kehamilan

1.4. Manfaat
Menambah ilmu pengetahuan tentang obat-obat yang berpengaruh pada kehamilan, dan diharapkan dapat diterapkan pada praktek klinik

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analgetik-Antipiretik

Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan disebut mediator nyeri (pengantara).
Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri.

Cara Pemberantasan Rasa Nyeri:
a. Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh analgetik perifer atau oleh anestetik lokal.
b. Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya dengan anestetik local.
c. Menghalangi pusat nyeri dalam SSP dengan analgesik sentral (narkotik) atau dengan anestetik umum.
Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal" nyeri, sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang.

2.2 Penggunaan Analgetik-Antipiretik dalam Kehamilan.
Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil harus diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat menyebabkan cacat pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi bayi hampir sama dengan kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa situasi akan membahayakan bayi.
Pengaruh buruk obat terhadap janin, secara umum dapat bersifat toksik, teratogenik, maupun letal tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat minum obat. Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah kelahiran. Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika menyebabkan terjadinya malformasi anatomic (kelainan/kekurangan organ tubuh) pada pertumbuhan organ janin. Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh obat yang bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.
Secara umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai dengan fase-fase berikut:
1. Fase Implantasi yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu.Pada fase ini obat dapat member pengaruh buruk atau mingkin tidak sama sekali.Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus).
2. Fase Embrional atau Organogenesis,yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu.Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk pembentukan organ-organ tubuh, sehingga merupakan fase yang paling peka untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik). Selama embriogenesis kerusakan bergantung pada saat kerusakan terjadi, karena selama waktu itu organ-organ dibentuk dan blastula mengalami deferensiasi pada waktu yang berbeda-beda. Jika blastula yang dipengaruhi masih belum berdeferensiasi dan kerusakan tidak letal maka terdapat kemungkinan untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya jika bahan yang merugikan mencapai blastula yang sedang dalam fase deferensiasi maka terjadi cacat (pembentukan salah)Berbagai pengaruh buruk yang terjadi pada fase ini antara lain:
 Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan
 Pengaruh letal berupa kematian janin atau terjadinya abortus
 Pengaruh sub-letal,tidak terjadi kematian janin tetapi terjadi malformasi anatomik (struktur) pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik. Kata teratogenik sendiri berasal dari bahasa yunani yang berarti monster.
3. Fase Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.Dalam fase ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk senyawa asing bagi janin dalam fase ini dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ.
Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum di jumpai. Hal ini berkaitan dengan masalah fisiologis dari si ibu karena adanya karena adanya tarikan otot-otot dan sendi karena kehamilan maupun sebab-sebab yang lain.Untuk nyeri yang tidak berkaitan dengan proses radang,pemberian obat pengurang nyeri biasanya dilakukan dalam jangka waktu relatife pendek.Untuk nyeri yang berkaitan dengan proses radang,umunya diperlukan pengobatan dalam waktu tertentu. Penilaian yang seksama terhadap pereda nyeri perlu dilakukan agar dapat ditentukan pilihan jenis obat yang paling tepat.
Pemakaian NSAID(Non steroid anti infamantory Drug ) sebaiknya dihindari pada TM III. Obat-obat tersebut menghambat sintesis prostaglandin dan ketika diberikan pada wanita hamil dapat menyebabkan penutupan ductus arteriousus, gangguan pembentukan ginjal janin, menghambat agregasi trombosit dan tertundanya persalinan dan kelahiran. Pengobatan NSAID selama trimester akhir kehamilan diberikan sesuai dengan indikasi. Selama beberapa hari sebelum hari perkiraan lahir, obat-obat ini sebaiknya dihindari. Yang termasuk golongan ini adalah diklofenac, diffunisal, ibuprofen, indomethasin, ketoprofen, ketorolac, asam mefenamat, nabumeton, naproxen, phenylbutazon, piroksikam, sodium salisilat, sulindac, tenoksikam, asam tioprofenic mempunyai mekanisme lazim untuk menghambat sintesa prostaglandin yang terlibat dalam induksi proses melahirkan, NSAID dapat memperpanjang masa kehamilan.


Berikut contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia:
1. Paracetamol
Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang memiliki efek analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik (menurunkan demam), dan anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).
Paracetamol paling aman jika diberikan selama kehamilan. Parasetamol dalam dosis tinggi dan jangka waktu pemberian yang lama bisa menyebabkan toksisitas atau keracunan pada ginjal. sehingga dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik. Golongan analgetik-antipiretik adalah golongan analgetik ringan.Parasetamol merupakan contoh obat dalam golongan ini.Beberapa macam merk dagang, contohnya Parasetamol (obat penurun panas atau penghilang nyeri) bisa diperdagangkan dengan merk Bodrex, Panadol, Paramex
2. Antalgin
Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik) turunan NSAID, atau Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs. Antalgin lebih banyak bersifat analgetik. Pemakaiannya dihindari saat hamil TM I dan 6 minggu terakhir.

3. Analgesik opiat
. Pemakaian obat-obatan analgetika narkotik pada kelahiran kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya depresi respirasi pada janin yang manifest sebagai asfiksia pada waktu lahir. Namun demikian ternyata berdasar penelitian, morfin sendiri tanpa disertai dengan faktor-faktor pendorong lain, baik yang berasal dari ibu atau janin, tidak secara langsung menyebabkan asfiksia. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa obat-obat opiate dapat dipakai begitu saja.dalam proses kelahiran. Risiko terjadinya depresi kardiorespirasi harus selalu diperhitungkan pada pemakaian obat-obat analgetika narkotik paada kelahiran. Kemungkinan lain juga dapat terjadi bradikardi pada neonatus. Petidin merupakan analgetika narkotika yang dianggap paling aman untuk pemakaian selama proses persalinan (obstetric-analgesics). Tetapi kenyataannya bayi-bayi yang lahir dari ibu yang mendapatkan petidin selama proses kelahiran menunjukkan skala neuropsikologik lebih rendah dibanding bayi-bayi yang ibunya tidak mendapatkan obat apapun atau yang mendapatkan anestesi lokal. Sehingga karena alasan ini maka pemakaian petidin pada persalinan hanya dibenarkan apabila anestesi epidural memang tidak memungkinkan.
Pemakaian analgetika narkotik selama kehamilan atau persalinan dapat mengurangi kontraktilitas uterus sehingga memperlambat proses kelahiran. Terhadap ibu, karena depresi fungsi otot polos dapat terjadi penurunan motilitas usus dan stasis lambung dengan segala konsekuensinya.
Penyalahgunaan obat-obat analgetika narkotik oleh ibu hamil dapat menyebabkan ketergantungan pada janin dalam kandungan. Hal ini akan manifest dengan munculnya gejala –gejala withdrawl pada bayi yang baru lahir. Gejala-gejala tersebut meliputi muntah, diare, tremor, mudah terangsang sampai kejang.
4. Aspirin
Aspirin menghambat sintesis prostaglandin. Ketika diberikan kepada wanita hamil dapat menyebabkan penutupan prematur ductus arteriousus janin, persalinan dan kelahiran tertunda, meningkatkan waktu perdarahan pada janin maupun ibu karena efek anti plateletnya.Penggunaan aspirin yang kronik di awal kehamilan berhubungan dengan anemia pada wanita hamil. Aspirin terbukti menimbulkan gangguan proses tumbuh kembang janin. Selain itu, aspirin memicu komplikasi selama kehamilan. Bahkan, kandungan aspirin masih ditemukan dalam ASI. Tubuh bayi akan menerima 4-8% dosis aspirin yang dikonsumsi oleh ibu. Penelitina mengatakan bahwa bayi memilim ASI dari ibu yang mengkonsumsi aspirin berisiko untuk menderita Reye’s Syndrome yang merupakan suatu penyakit gangguan fungsi otak dan hati. Karenanya, hindari pemakaian aspirin, terutama selama trimester tiga.
5. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui.

HIRSCHPRUNG

2.1 PENGERTIAN HIRSCHPRUNG
Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah suatu kelainan kongenital yang ditandai dengan penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Sehingga menyebabkan terakumulasinya feses dan dilatasi kolon yang Pasif. Hirschsprung terjadi karena adanya permasalahan pada persarafan usus besar paling bawah, mulai anus hingga usus di atasnya. Syaraf yang berguna untuk membuat usus bergerak melebar menyempit biasanya tidak ada sama sekali atau kalaupun ada sedikit sekali. Namun yang jelas kelainan ini akan membuat BAB bayi tidak normal, bahkan cenderung sembelit terus menerus. Hal ini dikarenakan tidak adanya syaraf yang dapat mendorong kotoran keluar dari anus. Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna bisa berjalan di sepanjang usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis ini disebut gerakan peristaltik). Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut ganglion, yang terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit Hirschsprung, ganglion ini tidak ada, biasanya hanya sepanjang beberapa sentimeter. Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak dapat mendorong bahan-bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan. Penyakit Hirschsprung 5 kali lebih sering ditemukan pada bayi laki-laki. Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan bawaan lainnya, misalnya sindroma Down.

2.2 PENYEBAB HIRSCHPRUNG
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus. Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
a. Keturunan karena penyakit ini merupakan penyakit bawaan sejak lahir.
b. Faktor lingkungan
c. Tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon.
d. Ketidakmampuan sfingter rectum berelaksasi

2.3 TANDA DAN GEJALA HIRSCHPRUNG
Gejala dan tanda dapat bermacam-macam berdasarkan keparahan dari kondisi kadang-kadang mereka muncul segera setelah bayi lahir. Pada saat yang lain mereka mungkin saja tidak tampak sampai bayi tumbuh menjadi remaja ataupun dewasa.
Gejala-gejala umum yang mungkin terjadi:
a. segera setelah lahir, bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada bayi baru lahir)
b. tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
perut menggembung muntah
c. diare encer (pada bayi baru lahir)
d. berat badan tidak bertambah
e. malabsorbsi.
1. Pada kelahiran baru ( NEONATUS )tanda dapat mencakup
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
b. Enggan minum
c. Distensi abdomen
d. Muntah. Mencakup muntahan cairan hijau disebut bile-cairan pencernaan yang diproduksi di hati.
e. Konstipasi atau gas
f. Diare
2. Pada bayi dan anak-anak yang lebih tua, tanda dapat mencakup
a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita, berbau busuk
d. Distensi abdomen
e. Gagal tumbuh
f. Perut yang buncit
g. Peningkatan berat badan yang sedikit
h. Masalah dalam penyerapan nutrisi, yang mengarah penurunan berat badan, diare atau keduanya dan penundaan atau pertumbuhan yang lambat.
i. Infeksi kolon, khususnya anak baru lahir atau yang masih sangat muda, yang dapat mencakup enterocolitis, infeksi serius dengan diare, demam dan muntah dan kadang-kadang dilatasi kolon yang berbahaya.
Pada anak-anak yang lebih tua atau dewasa, gejala dapat mencakup konstipasi dan nilai rendah dari sel darah merah (anemia) karena darah hilang dalam feses.

2.4 PATOFISIOLOGI HIRSCHPRUNG
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon. Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar
2.5 PENATALAKSANAAN HIRSCHPRUNG
 Pembedahan
Pembedahan pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double–barrel sehingga tonus dan ukuran ususyang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan). Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya antara 9 dan 10 Kg), satudari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara memotong usus aganglionik dan menganastomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan jarak 1 cm dari anus. Prosedur Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon nromal ke arah bawah dan menganastomosiskannya di belakang anus aganglionik, menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut. Pada prosedur Swenson, bagian kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end pada kolon bergangliondengan saluran anal yang dilatasi. Sfinterotomi dilakukan pada bagian posterior. Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan prosedur yang paling banyak dilakukanuntuk mengobati penyakit hirsrcprung. Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
 Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
 Tindakan bedah sementara
Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat dan keadaan umum memburuk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling distal.
 Perawatan
Perawatann yang terjadi :
• Pada kasus stabil, penggunaan laksatif sebagian besar dan juga modifikasi diet dan wujud feses adalah efektif.
• Obat kortikosteroid dan obat anti-inflamatori digunakan dalam megakolon toksik-Tidak memadatkan dan tidak menekan feses menggunakan tuba anorektal dan nasogastric.
 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Kimia Darah
Pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal biasanya dalam batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang sesuai dengan dehidrasi. Pemeriksaan ini dapat membantu mengarahkan pada penatalaksanaan cairan dan elektrolit.
b. Darah Rutin
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui hematokrit dan platelet preoperatiof.
c. Profil Koagulasi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada gangguan pembekuan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi dilakukan.
2) Pemeriksaan Radiologi
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan : Daerah transisi, Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit, Entrokolitis padasegmen yang melebar,Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam.
2. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
3. Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum
4. Pemeriksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase.
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus.
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
Pengobatan medis
Tujuan umum dari pengobatan ini mencakup 3 hal utama yaitu :
1. Untuk menangani komplikasi dari penyakit Hirschsprung yang tidak terdeteksi,
2. Sebagai penatalaksanaan sementara sebelum operasi rekonstruktif definitif dilakukan, dan
3. Untuk memperbaiki fungsi usus setelah operasi rekonstruksi.
Penatalaksanaan komplikasi diarahkan pada penyeibanan cairan dan elektrolit, menghindari distensi berlebihan, dan mengatasi komplikasi sistemik, seperti sepsis. Maka dari itu, hydrasi intravena, dekompressi nasogastrik, dan jika diindikasikan, pemberian antibiotik intravena memiliki peranan utama dalam penatalaksanaan medis awal. Pembersihan kolon, yaitu dengan melakukan irigasi dengan rectal tube berlubang besar dan cairan untuk irigasi. Cairan untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan elektrolit. Irigasi calon secara rutin dan terapi antibiotik propilaksis telah menjadi prosedur untuk mengurangi resiko terjadinya enterocolitis. Injeksi BOTAX pada sphincter interna terbukti memicu pola pergerakan usus yang normal pada pasien post-operatif.

DM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit diabetes terdapat pada sekitar 1% wanita usia reproduksi dan 1–2% diantaranya akan menderita diabetes gestasional. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (meningkatanya kadar gula darah) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Diabetes mellitus pada kehamilan dalam istilah kedokteran disebut diabetes mellitus gestasional. Diabetes mellitus ini mungkin hanya berlangsung selama kehamilan tetapi dapat juga berlanjut meski sudah tidak hamil lagi. Menurut penelitian sekitar 40-60 persen ibu yang mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah persalinan. Disarankan agar setelah persalinan pemeriksaan gula darah diulang secara berkala misalnya setiap enam bulan sekali.
Faktor risiko diabetes mellitus pada kehamilan adalah riwayat keguguran berulang, pernah melahirkan bayi yang beratnya sama dengan atau melebihi 4000 g, pernah mengalami preeklamsia (keracunan kehamilan), atau pernah melahirkan bayi mati tanpa sebab yang jelas atau bayi dengan cacat bawaan. Selain itu yang juga merupakan faktor risiko adalah usia ibu hamil yang melebihi 30 tahun, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, serta pernah mengalami diabetes mellitus pada kehamilan sebelumnya.
Bila kadar gula darah puasa di bawah 130 mg/dl, penatalaksanaan dapat dimulai dengan perencanaan makan saja. Dalam perencanaan makan dianjurkan jumlah kalori sebesar 35 kal/kg berat badan ideal, kecuali bila penderita gemuk jumlah kalori dikurangi. Pada kehamilan biasanya perlu dipertimbangkan penambahan kalori sebanyak 300 kal. Agar janin dalam kandungan dapat tumbuh secara baik dianjurkan untuk mengkonsumsi protein sebesar 1-1,5 g.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari DM pregestasi ?
2. Apa saja tanda dan gejala dari DM pregestasi ?
3. Apa saja klasifikasi DM pregestasi ?
4. Apa saja resiko tinggi dari DM pregestasi ?
5. Bagaimaa patofisiologi dari DM pregestasi ?
6. Bagaimana pengelolaan dari DM pregestasi ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari DM pregestasi
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari DM pregestasi
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari DM pregestasi
4. Untuk mengetahui resiko tinggi dari DM pregestsi
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari DM pregestasi
6. Untuk mengetahui pengelolaan dari DM pregestasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai.
A. Diabetes mellitus yang diketahui sewaktu hamil.
disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan. dianggap diabetes mellitus (jadi bukan gestasi) bila gangguan toleransi glukosa menetap setelah persalinan. Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
Diabetes melitus gestational adalah keadaan intoleransi karbohidrat dari seorang wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang hamil. Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan, diperkirakan karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa. Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai “unmasked” atau baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir mati, dan riwayat abortus berulang. Angka lahir mati terutama pada diabetes yang tidak terkendali dapat terjadi 10 kali dari normal.
B. Diabetes pragestasi, artinya sudah diketahui diabetes
mellitus kemudian hamil
mereka tanpa komplikasi atau dengan komplikasi yang ringan. mereka dengan komolikasi berat, khususnya retinopati, nefropati dan hipertensi. Walaupun diakui bahwa diabetes gestasi merupakan bentuk diabetes mellitus yang ringan, para ahli diabetes kini sepakat, penanganan perlu sebaik mungkin untuk mencegah komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Oleh karena itu, sudah selayaknya pada semua ibu hamil dilakukan skrining untuk mendeteksi sedini mungkin diabetes gestasi. Ada 4 hal penting mengapa diabetes gestasi perlu ditegakkan diagnosisnya.
2.2 TANDA DAN GEJALA
a) Banyak kencing (poliuria)
b) Haus dan banyak minum (polidipsia), lapar (polifagia).
c) Letih, lesu.
d) Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
e) Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus vulvae pada wanita.

2.3 KLASIFIKASI DM DENGAN KEHAMILAN
Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.
Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah perifer.

2.4 RESIKO TINGGI DM GESTASIONAL
a) Umur lebih dari 30 tahun
b) Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
c) Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
d) Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
e) Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram
f) Adanya glukosuria
g) Riwayat bayi cacat bawaan
h) Riwayat bayi lahir mati
i) Riwayat keguguran
j) Riwayat infertilitas
k) Hipertensi

 Komplikasi pada Ibu
a) Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan
b) Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20- 30 minggu akibat resistensi insulin
c) Infeksi saluran kemih
d) Preeklampsi
e) Hidramnion
f) Retinopati
g) Trauma persalinan akibat bayi besar
 Masalah pada anak
a) Abortus
b) Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube defek
c) Respiratory distress
d) Neonatal hiperglikemia
e) Makrosomia
f) Hipocalcemia
g) kematian perinatal akibat diabetik Ketoasidosis
h) Hiperbilirubinemia
 Hasil persalinan Gestational Diabetes Mellitus Morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir tinggi, hal ini karena:
a) Makrosomia
b) Prematuritas
c) kematangan paru terlambat
d) hipoglikemi
e) kadar kimia darah rendah; kalsium, magnesium
f) Respiratory Distress Syndrome (RDS)
g) Polisitemia
h) gagal jantung
i) kelainan bawaan
j) lahir mati

2.5 PATOFISIOLOGI DM PREGESTASI
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hiperbilirubinemia).
2.6 PENGARUH DM TERHADAP KEHAMILAN ,PERSALINAN DAN NIFAS.
1. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM
a. Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes ( diabetik )
b. DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan
2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan di antaranya adalah :
a. Abortus dan partus prematurus
b. Hidronion
c. Pre-eklamasi
d. Kesalahan letak jantung
e. Insufisiensi plasenta
3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan
a. Gangguan kontraksi otot rahim partus lama / terlantar.
b. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan lahir
mati
d. Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Post partum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan kematian
4. Pengaruh DM terhadap kala nifas
a. Mudah terjadi infeksi post partum
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar
5. Pengaruh DM terhadap bayi
a. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
b. Janin besar ( makrosomia )
c. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa.
2.6 PENGELOLAAN DM
1. PADA IBU HAMIL
 Pengelolaan medis
Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.
a) Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips.
b) Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
c) Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa.
d) Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
e) Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
− Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
− Kalori kegiatan jasmani 10-30%
− Kalori untuk kehamilan 300 kalor
− Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
− Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
− Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
− Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
− Mencegah episode hipoglikemia
− Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
− Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.
 Pengelolaan obstetrik
Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaanklinis ibu dan janin, terutama tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan).
• Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
• Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin.
• Pada tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara :
- Pengukuran tinggi fundus uteri
- NST – USG serial
- Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus.
- Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).
- Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin.
- Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta
 Pengelolaan bayi
Pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita DM, dilakukan pemeriksaan darah tali pusat untuk mengukur kadar glukosa darah dan hematokrit bayi. Selain itu, persiapan resusitasi neonatus harus dilakukan dengan baik. Masalah yang mungkin timbul pada bayi adalah :
• Perubahan morfologi/fisiologi akibat gangguan per- tumbuhan intrauterin, makrosomia, cacat bawaan
• Gangguan metabolik seperti hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, hiperbilirubinemia
• Gangguan hematologik seperti polisitemia atau hiper- viskositas darah
• Gangguan pernafasan dan kelainan jantung bawaan
• Penanganan bayi dari ibu DMG harus dilakukan dengan seoptimal mungkin, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut :
 Pada tingkat Polindes, BIDMG harus dikelola sejak dilahirkan. Evaluasi dilakukan segera setelah lahir, meliputi :
Penghitungan nilai APGAR
- Pemeriksaan keadaan umum bayi
- Pemeriksaan fisik untuk melihat adanya cacat bawaan
- Pemeriksaan plasenta
- Pemeriksaan kadar glukosa
- Pemeriksaan hematokrit tali pusat
- Pengawasan lanjut.
 Pada tingkat Puskesmas, BIDMG harus dikelola sejak lahir dan dicegah terjadinya hipoglikemia sesuai penanganan diatas.

 Pada tingkat Rumah Sakit, BIDMG harus dikelola sejak lahir dan dicegah terjadinya hipoglikemia sesuai penanganan diatas ditambah dengan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan dan memantau adanya kelainan BIDMG.
2. PADA IBU BERSALIN
• Persalinan direncanakan per vaginam, seksio sesaria bila ada indikasi
• Persalinan bila di perlukan dilakukan sebelum 38 minggu kehamilan, tes kematangan paru perlu dilakukan sebelumnya.
• Kebutuhan insulin; setelah persalinan kebutuhan insulin menurun, perlu diperhatikan kemungkinan terjadi syok hipoglikemia.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengelolaan diabetes mellitus dalam kehamilan membutuhkan pendekatan dan kerja sama tim yang sebaik-baiknya. Dengan pengelolaan medis, obstetrik dan pediatrik yang baik maka diharapkan memperoleh hasil akhir semaksimal mungkin, setidak-tidaknya sama atau mendekati hasil akhir pada kehamilan normal. Selain itu Angka kematian perinatal penderita GDM lebih tinggi dari (10 kali) kehamilan normal. Penapisan GDM perlu dilakukan kepada semua wanita hamil. Pengelolaan wanita hamil dengan GDM harus terpadu, terutama dengan bagian I.Penyakit Dalam dan I.Kesehatan Anak. Kelainan bawaan pada anak lebih tinggi dari normal tetapi lebih rendah dari DM
3.2 SARAN
Bidan di harapkan dapat mendeteksi sedini mungkin adanya tanda dan gejala yang mengarah ke Diabetes militus terutama pada ibu tersebut hamil, supaya ibu tidak terlambat dalam mendapatkan

DAFTAR PUSTAKA


Adam JMF. Survei diabetes melltitus pada wanita hamil. Penelitian Universitas Hasanuddin. 1986.
Amankwah KS, Prentile RL, Fleury FJ. The incidence of gestational diabetes. Obstetric and Gynecology 1977; 49:497-498.
Mochtar, Rustam. Prof. DR. 1989. Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I.
Jakarta : EGC
Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi
Jakarta : EGC
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/diabetes-mellitus-pada-kehamilan

kehamilan ganda

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kehamilan ganda atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Sejak ditemukannya obat-obat dan cara induksi ovulasi maka dari laporan-laporan dari seluruh pelosok dunia, frekuensi kehamilan kembar condong meningkat. Bahkan sekarang telah ada hamil kembar lebih dari 6 janin.
Biasanya, ibu adalah orang pertama yang mengetahui bila kehamilannya kembar. Apalagi pada ibu yang sudah pernah mengalami kehamilan. Biasanya ibu merasa gerakan-gerakan bayinya lebih "ramai" dan perutnya terasa lebih besar dibandingkan kehamilan sebelumnya. Untuk lebih memastikannya, tak lain adalah melakukan USG (Ultrasonografi). Adapun ciri kehamilan kembar yang bisa terdeteksi secara klinis adalah; dari besarnya perut akan tampak 3 bagian besar atau lebih. Kalau anak tunggal, kita akan meraba 2 bagian besar, yaitu kepala dan pantat. Sedang pada kehamilan kembar, akan teraba satu bokong dengan dua kepala atau dua bokong dengan dua kepala.

1.2 RUMUSAN MASLAH
1. Apakah yang di maksud dengan kehamilan ganda ?
2. Bagaimana tanda dan gejala dari kehamilan ganda ?
3. Apa saja klasifikasi dari kehamilan ganda ?
4. Apa sajakah penyebab dari kehamilan ganda?
5. Bagaimanakah pertumbuhan dari janin ?
6. Bagaimanakah letak presentasi dari janin ?
7. Apa saja resiko dari kehamilan ganda ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari kehamilan ganda ?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan kehamilan ganda
2. Mengetahui tanda dan gejala dari kehamilan ganda
3. Mengetahui klasifikasi kehamilan ganda
4. Mengetahui penyebab dari kehamilan ganda
5. Mengetahui pertumbuhan kehamilan ganda
6. Mengetahui letak janin dari kehamilan ganda
7. Mengetahui resiko dari kehamilan ganda
8. Mengetahui penatalaksanaan dari kehamilan ganda.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal. Kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan janin. Oleh karen aitu, dalam menghadapi kehamilan ganda harus dilakukan perawatan antenatal yang intensif.
Kehamilan kembar sesungguhnya tidak mengenakkan bagi janin. Mereka harus berdesakan dalam rahim ibunya. Tak heran jika pertumbuhan fisiknya jadi terbatas. Akibatnya, berat badannya di bawah normal. Hasil pertumbuhan berat badan janin kembar umumnya lebih ringan dibandingkan pada kehamilan tunggal. Biasanya berat badan bayi yang baru lahir pada kehamilan kembar, kurang dari 1.500 gram. Berat badan masing-masing janin bisa jadi tidak sama. Perbedaan beratnya bisa berkisar antara 50-1.000 gram. Hal ini terjadi disebabkan pembagian sirkulasi darah dan makanan dari ibu tidak sama, sehingga yang satu tumbuh lebih besar dibanding yang lain. Jika dalam kompetisi itu salah satu kalah, yang kalah akan mengecil dan meninggal. Sementara saudaranya tumbuh terus hingga lahir. Karena ada kemungkinan salah satu janin kecil itulah, maka pemeriksaan ketat lewat USG mutlak perlu.
2.2 TANDA DAN GEJALA
1. Keluhan kehamilan lebih sering terjadi dan lebih berat.
2. Ukuran uterus lebih besar dari yang diharapkan.
3. Kenaikan berat badan ibu berlebihan.
4. Polihidramnion.
5. Riwayat ART (Assisted Reproductive Technology)
6. Kenaikan MSAFP (maternal serum alpha feto protein)
7. Palpasi yang meraba banyak bagian kecil janin.
8. Detak Jantung Janin lebih dari 1 tempat dengan perbedaan frekuensi sebesar > 8 detik per menit.
2.3 KLASIFIKASI KEHAMILAN GANDA
Kehamilan kembar ada tiga macam :
1. Kehamilan kembar dua telur, kehamilan kembar dizygotik, kehamilan kembar fraternal : dua buah sel telur dihamilkan oleh 2 buah sel mani. Kedua sel telur dapat berasal dari satu ovarium atau masing-masing dari ovarium yang berlainan.
2. Kehamilan kembar satu telur, kehamilan kembar monozygotik atau kehamilan kembar identik : yang terjadi dari sebuah sel telur dan sebuah sel mani. Sel telur yang telah dihamilkan itu kemudian membagi diri dalam 2 bagian yang masing-masing tumbuh menjadi anak.
3. Kembar siam adalah kembar dimana janin melekat satu dengan yang lainnya. Misalnya torakofagus (dada dengan dada), abdominofagus (perlekatan kedua abdomen), kraniofagus (kedua kepala), dan sebagainya. Banyak kemnar siam telah dapat dipisahkan secara operatif dengan berhasil.
Superfekundasi adalah pembuahan dua telur yang dikeluarkan pada ovulasi yang sama pada dua kali coitus yang dilakukan pada jarak waktu yang pendek. Superfetasi adalah kehamilan jedua yang terjadi beberapa minggu atau beberapa bulan setelah kehamilan pertama.
2.4 PENYEBAB KEHAMILAN GANDA
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur, dan paritas, sering mempengaruhi kehamilan kembar 2 telur.
2. Faktor obat-obat induksi ovulasi : Profertil, Clomid dan hormon gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua
3. Faktor keturunan
4. Faktor yang lain yang belum diketahui
Faktor utama yang meningkatkan kemungkinan terjadinya bayi kembar adalah terapi infertilitas, disamping terdapat faktor-faktor lainnya. Ras, usia, hereditas, atau riwayat terdapat kehamilan kembar dalam keluarga tidak meningkatkan kemungkinan memiliki bayi kembar identik, namun meningkatkan kemungkinan memilki bayi kembar tidak identik. Terapi infertilitas meningkatkan kemungkinan memilki bayi kembar, baik identik maupun non-identik.
2.5 PERTUMBUHAN JANIN KEMBAR
1. berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000gr lebih ringan
dari janin tunggal.
2. berat badan baru lahir biasanya pada kembar dua di bawah 2500 gr, triplet
di bawah 2000 gr, quadriplet di bawah 1500 gr dan quintuplet di bawah I 000 gr.
3. berat badan masing-masin janin dari kehamilan kembar tidak sama umumnya
berselisih antara 50 sampai 1000gr, karena pembagian sirkulasi darah tidak sama maka yang satu kurang bertumbuh dari yang lainnya.
4. pada kehamilan ganda monozigotik:
• Pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan janin yang
lain, karena itu setelah bayi satu lahir tali pusat harus diikat untuk menghindari perdarahan
• Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya dan menjadi
monstrum seperti akardiakus dan kelainan lainnya.
• Dapat terjadi sindroma transfuse fetal: pada janin yang dapat darah lebih banyak terjadi: hidramnion, polisitemia, edema dan pertumbuhan yang baik. Sedangkan
janin kedua kurang pertumbuhan nya terjadilah: kecil, anemia, dehidrasi, oligohidramni dan mikrokardia.
5. pada kehamilan kembar dizigotik
• Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampai cukup bulan.
• Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda) atau pada kehamilan agak tuajanin jadi gepeng disebut fetus papyraseus atau kompresus.
2.6 LETAK PADA PRESENTASI JANIN
Pada kehamilan kembar sering terjadi kesalahan presentasi dan posisi kedua janin. Begitu pula letak janin kedua dapat berubah setelah janin pertama lahir, misalnya dari letak lintang berubah menjadi letak sungsang atau letak kepala. Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi bisa terjadi ; yang paling sering dijumpai adalah:
1. Kedua janin dalam letak membujur,presentasi kepala;( 44-47%)
2. Letak membujur,presentasi kepala bokong( 37-38%)
3. Keduanya presentasi bokong( 8-10%)
4. Letak lintang dan presentasi kepala( 5-5,3%)
5. Letak lintang dan presentasi bokong( 1,5-2%)
6. Dua-duanya letak lintang( 0,2-0,60/o)
7. Letak dan presentasi 69 adalah letak yang berbahaya, karena dapat terjadi
"kunci-mengunci" (interlocking)
2.7 RESIKO KEHAMILAN GANDA
Risiko yang mungkin dihadapi kehamilan kembar:
1. DALAM KEHAMILAN

• Anemia ; akibat kebutuhan besi yang meningkat
• Muntah2 yg belebihan (hiperemesis) krn kadar hormon kehamilan yg lebih tinggi (HCG)
• Tekanan darah tinggi akibat kenaikan BB dan retensi air-garam
• Abortus
• Kembar Air (polihidramnion/hidramnion)
• Plasenta previa (tidak pada tempatnya) akibat besarnya plasenta
• Gejala desakan ; sesak nafas, kaki bengkak, berdebar2.
2. DALAM PERSALINAN
• Kelainan letak ; 45% dua-dua letak kepala, 35 % letak sungsang-kepala, 10 % susu
• Ketuban Pecah Sebelum Waktunya akibat desakan volume janin kembar pada rahim
• Tali pusat menumbung
• Persalinan macet karena otot uterus yang terlalu teregang/tidak efektif
• (Inter)Locking head (kepala terkunci) pada anak kembar su – kep
• Retensi anak ke 2
• Perdarahan paska persalinan akibat ukuran uterus besar jadinya uterus memble...
2.8 PENATALAKSANAAN
1. Penanganan dalam kehamilan
• Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, dan bila didiagnosis telah ditegakkan pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1 x seminggu pada kehamilan lebih dari 32 minngu)
• Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari, karena akan merangsang partus prematurus.
• Pemakaian korser gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa lebih ringan.
• Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.
2. Penanganan dalam persalinan
• Bila anak pertama letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa, ditolong seperti biasa dengan episiotomimediolateralis.
• Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk menentukan keadaan anak kedua. Tunggu, sambil memeriksa TTV.
• Biasanya dalam dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anakk kedua terletak membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak mengalir deras keluar. Tunggu dan pimpin persalinan anak kedua seperti biasa.
• Waspadalah atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka sebaiknya pasang infus profilaksis.
• Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya melintang atau terjadi prolaps tali pusat dan solusio plasenta, maka janin dilahirkan dengan jalan operatif obstetrik :
• Indikasi seksio caesaria hanya pada :
a. Janin pertama letak lintang
b. Bila terjadi prolaps tali pusat
c. Plasenta previa
d.Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama letak sungsang dan anak
kedua letak kepala
e. Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum
berikan suntikan sinto-metrin yaitu 10 satuan sintosinon tambah 0,2 mg
methergin intravena.
3. Penanganan dalam masa nifas
• Melakukan observasi keadaan umum ibu
• Mencegah terjadinya perdarahan.
• Memberi konseling pada ibu dan keluarga tentang tanda bahaya masa nifas,seperti perdarahan,uterus lembek,dan lochea berbau busuk.
• Menganjurkan ibu untuk selalu menyusui kedua bayinya secara bergantian pada tiap payudaranya.
• Menganjurkan ibu makan – makanan yang bergizi tinggi.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal.

3.2 SARAN
Bidan di harapkan dapat mendeteksi sedini mungkin adanya tanda dan gejala yang mengarah kepada kehamilan ganda terutama pada ibu tersebut hamil, supaya ibu tidak terlambat dalam mendapatkan penanganan.


DAFTAR PUSTAKA
Adam JMF. Survei kehamilan ganda pada wanita hamil. Penelitian Universitas Hasanuddin. 1986.
Mochtar, Rustam. Prof. DR. 1989. Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I.
Jakarta : EGC
Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi
Jakarta : EGC
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/kehamilan -ganda-pada-kehamilan

rubella

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Infeksi virus Rubella merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. “Rubella” atau dikenal juga dengan nama Campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan. Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
Virus ini dapat menular lewat udara. Selain itu Virus Rubella dapat ditularkan melalui urin, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu. Penderita dapat menularkan virus selama seminggu sebelum dan sesudah timbulnya “rash” (bercak merah) pada kulit. “Rash Rubella” berwarna merah jambu, akan menghilang dalam 2-3 hari, dan tidak selalu muncul untuk semua kasus infeksi.
Sindroma rubella kongenital terjadi pada 25% atau lebih bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi. Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak, mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit rubella ?
2. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada kehamilan ?
3. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada ibu bersalin ?
4. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada ibu nifas ?

1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit rubella.
2. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada kehamilan
3. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada ibu bersalin
4. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada ibu nifas










BAB II
PEMBAHASAN
2.1 RUBELLA
2.1.1 PENGERTIAN
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan. Virus penyebab rubela atau campak Jerman ini bekerja dengan aktif khususnya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati, kelainan pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika infeksi rubela ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila seorang wanita terinfeksi rubela selama trimester pertama, ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome). Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, jika ibu terinfeksi rubela pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering muncul adalah katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya adalah glaukoma, mikrosefalus, dan kelainan lain, termasuk kelainan pada mata, telinga, jantung, otak, dan sistem saraf pusat. Janin dengan CRS sering kali mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan pascanatal. Infeksi rubela yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu jarang menyebabkan kelainan.

2.1.2 TANDA DAN GEJALA
Tanda-tanda dan gejala rubella, terutama pada anak-anak, sering begitu ringan sehingga sulit untuk dilihat. Jika tanda-tanda dan gejala yang terjadi, mereka biasanya muncul antara dua dan tiga minggu setelah terpapar virus. Rubella biasanya berlangsung sekitar dua sampai tiga hari dan gejalanya sebagai berikut:
1. Demam ringan dengan suhu 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah Mengantuk
2. Sakit tenggorok
3. Ruam-berwarna merah terang atau pucat pada hari pertama atau kedua, menyebar dengan cepat dari wajah ke seluruh tubuh, dan menghilang dengan cepat pula.
4. Pembengkakan kelenjar leher.
5. Sakit kepala
6. Hidung tersumbat atau pilek.
7. Radang, mata merah

2.1.3 PENYEBAB
Virus yang ditularkan melalui kontak udara maupun kontak badan. Virus ini bisa menyerang usia anak dan dewasa muda. Pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir tuli. Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam barier bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut.
2.1.4 DIAGNOSA
Diagnosis Ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul, dan dari pemeriksaan darah di laboratorium dengan melihat kadar antibodi IgG dan IgM-nya terhadap rubela. Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan serologi. IgM akan cepat memberi respon setelah keluar ruam dan kemudian akan menurun dan hilang dalam waktu 4 – 8 minggu, IgG juga memberikan respon setelah keluar ruam dan tetap tinggi selama hidup.
Diagnosa ditegakkan dengan adanya peningkatan titer 4 kali lipat dari hemagglutination-inhibiting (HAI) antibody dari dua serum yang diperoleh dua kali selang waktu 2 minggu atau setelah adanya IgM. Diagnosa Rubella juga dapat ditegakkan melalui biakan dan isolasi virus pada fase akut. Ditemukannya IgM dalam darah talipusat atau IgG pada neonatus atau bayi 6 bulan mendukung diagnosa infeksi Rubella.
2.2 RUBELLA PADA KEHAMILAN
2.2.1 DEFINISI
10 – 15% wanita dewasa rentan terhadap infeksi Rubella. Perjalanan penyakit tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan ibu hamil dapat atau tidak memperlihatkan adanya gejala penyakit. Derajat penyakit terhadap ibu tidak berdampak terhadap resiko infeksi janin. Infeksi yang terjadi pada trimester I memberikan dampak besar terhadap janin. Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Bila ibu hamil yang belum kebal terserang virus Rubella saat hamil kurang dari 4 bulan, akan terjadi berbagai cacat berat pada janin. Sebagian besar bayi akan mengalami katarak pada lensa mata, gangguan pendengaran, bocor jantung, bahkan kerusakan otak. Infeksi Rubella pada kehamilan dapaT menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari. Tidak semua janin akan tertular. Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 80-90 persen. Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20 persen. Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100 persen jika ibu terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu. Untungnya, Sindrom Rubella Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada saat umur kehamilan masih kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi. Di samping itu, bayi juga berisiko lebih besar untuk terkena diabetes melitus, gangguan tiroid, gangguan pencernaan dan gangguan syaraf.
2.2.1 PENCEGAHAN
 Vaksinasi sejak kecil atau sebelum hamil. Untuk perlindungan
terhadap serangan virus Rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk
vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak
dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella).
Vaksin Rubella diberikan pada usia 15 bulan. Setelah itu harus mendapat
ulangan pada umur 4-6 tahun. Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6
tahun, harus tetap diberikan umur 11-12 tahun, bahkan sampai remaja.
Vaksin tidak dapat diberikan pada ibu yang sudah hamil.
 Deteksi status kekebalan tubuh sebelum hamil. Sebelum hamil sebaiknya memeriksa kekebalan tubuh terhadap Rubella, seperti juga terhadap infeksi TORCH lainnya.
 Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi atau sudah divaksinasi terhadap Rubella. Anda tidak mungkin terkena Rubella lagi, dan janin 100% aman.
 Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif, berarti anda baru terinfeksi Rubella atau baru divaksinasi terhadap Rubella. Dokter akan menyarankan Anda untuk menunda kehamilan sampai IgM menjadi negatif, yaitu selama 3-6 bulan.
 Jika anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda tidak mempunyai kekebalan terhadap Rubella. Bila anda belum hamil, dokter akan memberikan vaksin Rubella dan menunda kehamilan selama 3-6 bulan. Bila anda tidak bisa mendapat vaksin, tidak mau menunda kehamilan atau sudah hamil, yang dapat dikerjakan adalah mencegah anda terkena Rubella.
 Bila sudah hamil padahal belum kebal, terpaksa berusah menghindari tertular Rubella dengan cara berikut:
 Jangan mendekati orang sakit demam Jangan pergi ke tempat banyak anak berkumpul, misalnya Playgroup sekolah TK dan SD.
 Jangan pergi ke tempat penitipan anak Sayangnya, hal ini tidak dapat 100% dilaksanakan karena situasi atau karena orang lain yang terjangkit Rubella belum tentu menunjukkan gejala demam. Kekebalan terhadap Rubella diperiksa ulang lagi umur 17-20 minggu.
 Bila ibu hamil mengalami Rubella, periksalah darah apa benar terkena Rubella.
 Bila ibu sedang hamil mengalami demam disertai bintik-bintik merah, pastikan apakah benar Rubella dengan memeriksa IgG danIgM Rubella setelah 1 minggu. Bila IgM positif, berarti benar infeksi Rubella baru.
 Bila ibu hamil mengalami Rubella, pastikan apakah janin tertular atau tidak Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban (cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan & kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 22 minggu.

2.2.2 PEMERIKSAAN
Pemeriksaan rubella harus dikerjakan pada semua pasien hamil dengan mengukur IgG . Mereka yang non-imune harus memperoleh vaksinasi pada masa pasca persalinan. Tindak lanjut pemeriksaan kadar rubella harus dilakukan oleh karena 20% yang memperoleh vaksinasi ternyata tidak memperlihatkan adanya respon pembentukan antibodi dengan baik. Infeksi rubella tidak merupakan kontra indikasi pemberian ASI
Tidak ada terapi khusus terhadap infeksi Rubella dan pemberian profilaksis dengan gamma globulin pasca paparan tidak dianjurkan oleh karena tidak memberi perlindungan terhadap janin.Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
2.2.3 TERAPI ANTIVIRUS
1. Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan
2. Acyclovir diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau virus varicella zoster yang terjadi pada ibu hamil
3. Selama kehamilan dosis pengobatan tidak perlu disesuaikan
4. Obat antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama kehamilan : Amantadine dan Ribavirin

2.3 RUBELLA PADA PERSALINAN
Infeksi rubella pada persalinan
2.3.1 Penyebab
Adanya kuman yang masuk semisal karena dilakukan pemeriksaan dalam tanpa keadaan yang steril, juga akibatketuban pecah dini sebelum proses persalinan.
2.3.1 Gejala Klinis
Suhu tubuh ibu panas, detak jantung janin cepat, begitu pula dengan detak jantung ibu, air ketuban hijau kental dan berbau. Hal ini bisa membahayakan kondisi ibu dan janinnya bila tidak segera melahirkan.
2.3.3 Penanganan
Jika ditemukan keadaan sangat gawat, bayi harus segera dilahirkan. Tentunya tergantung kondisi ibu saat itu. Jika sudah waktunya mendekati persalinan, dilakukan tindakan vakum atau forsep. Jika masih jauh waktunya dari persalinan, akan dilakukan operasi meski dengan risiko bayi lahir prematur. Masalah operasi ini memang masih kontroversial. ada kontroversi. Jika dalam keadaan infeksi dilakukan operasi, luka pada tubuh ibu bisa memicu terjadinya sepsis. Namun jika bayi tak dikeluarkan segera, akan terjadi hipoksia (kekurangan oksigen), bahkan kematian janin.
2.3.4 Pencegahan
Proses persalinan dilakukan dengan cara dan peralatan yang steril mungkin, serta sedapat mungkin dibantu oleh tenaga medis.
2.4 RUBELLA PADA NIFAS
Infeksi rubella pada masa nifas
2.4.1 Penyebab
Kuman bakteri Infeksi sesudah persalinan dapat ditemui pada endometrium atau lapisan dalam rahim. Infeksi dapat terjadi bila pertolongan persalinan tidak steril; kondisi daya tahan tubuh menurun sehingga kuman yang tadinya tidak menimbulkan penyakit jadi menimbulkan penyakit; banyaknya luka terbuka di rahim akibat lepasnya plasenta, sehingga bila ada satu dua kuman yang masuk ke dalam luka tersebut menimbulkan infeksi.
2.4.2 Gejala Klinis
Tergantung keganasan kumannya serta masa inkubasi. Bisa dalam hitungan jam atau hari. Gejalanya ada reaksi radang seperti suhu tubuh naik (panas tinggi) dan badan terasa nyeri, menggigil, nafsu makan menurun. Pada hari kedua mungkin timbul perlawanan antibodi-antigen. Kemudian keluarlah nanah yang berbau dari vagina/jalan lahir. Jika berlanjut, kuman bisa masuk dalam aliran darah dan terjadi sepsis sehingga harapan hidup si ibu kemungkinan sangat kecil.
2.4.3 Diagnosis
Ditegakkan berdasar gejala klinis pada ibu masa nifas, yaitu panas tinggi, lokhia berbau/nanah, denyut nadi cepat, rahim tidak berkontraksi secara adekuat.
2.4.4 Pengobatan
Di rawat di rumah sakit dengan pemberian infus/cairan yang adekuat, antibiotik yang sesuai, dan usahakan rahim berkontraksi.
2.4.5 Pencegahan
Persalinan diupayakan dengan cara sesteril mungkin. Dianjurkan pula ibu hamil untuk imunisasi terutama tetanus guna perlindungan saat pemotongan tali pusat dengan bayi. Setelah persalinan, karena terjadinya perdarahan, biasanya dokter memberikan obat-obatan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi. Meski ada juga dokter yang tidak memberikan obat-obatan antibiotik dengan anggapan bahwa luka yang diakibatkan persalinan adalah alami dan dapat sembuh sendiri. Selain itu, penggunaan antibiotika dianggap boros dan membuat kuman tertentu menjadi resisten.






















BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Infeksi Rubella pada kehamilan dapaT menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin.Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.
Sedangkan dalam persalinan terjadi akibat adanya kuman yang masuk karena dilakukan pemeriksaan dalam tanpa keadaan yang steril, juga akibat ketuban pecah dini sebelum proses persalinan. Selain itu Kuman bakteri Infeksi sesudah persalinan dapat ditemui juga pada endometrium atau lapisan dalam rahim . Infeksi dapat terjadi bila pertolongan persalinan tidak steril.
3.2 SARAN
Bidan di harapkan dapat mendeteksi sedini mungkin adanya tanda dan gejala yang mengarah ke Rubella terutama pada ibu tersebut hamil, supaya ibu tidak terlambat dalam mendapatkan penanganan.











DAFTAR PUSTAKA


Adam JMF. Survei diabetes melltitus pada wanita hamil. Penelitian Universitas Hasanuddin. 1986.
Amankwah KS, Prentile RL, Fleury FJ. The incidence of gestational diabetes. Obstetric and Gynecology 1977; 49:497-498.
Mochtar, Rustam. Prof. DR. 1989. Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I.
Jakarta : EGC
Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi
Jakarta : EGC
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/diabetes-mellitus-pada-kehamilan

apakah blog ini bermanfaat bagi anda...?,