Tampilkan postingan dengan label patologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label patologi. Tampilkan semua postingan

gastritis

GASTRITIS

A. Definisi
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yang ditemukan berupa dyspepsia atau indigesti. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa.
Gastritis terbagi dua, yaitu:

1). Gastritis Akut
Etiologi:
Gastritis akut sering akibat diet yang sembrono. Individu makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Penyebab lain dari gastritis mencakup alcohol, aspirin,obat anti inflamasi non steroid (AINS), refluks empedu dan terapi radiasi, gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : luka baker, trauma, sepsis. Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangrene atau perforsai. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi, yang menyebabkan obstruksi pylorus.
Patofisiologi dan manifestasi klinis:
Membrane mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superficial, bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung, yang mengandung sedikit asam tetapi banyak mucus. Ulserasi superficial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, mual, muntah, kembung, malas dan anoreksia sering disertai dengan ,muntah dan cegukan. Beberapa pasien asimtomatik. Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis. Kadang kadang, hemoragi memerlukan intervebsi bedah. Bila makanan pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan diare. Biasanya pasien sembuh kira kira sehari, meskipun nafsu makan mungkin menurun 2 atau 3 hari kemudian.
Komplikasi :
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptic. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptic penyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60 – 90 pada tukak lambung. Diagnosis pasti ditegakkan dengan endoskopi.
Penatalaksanaan:
 Medis : obat obatan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan antasid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin, pembedahan darurat, gastrojejunostomi.
 Perawatan : diet lambung dengan porsi kecil dan sering, untuk menetralisasi alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer, terapi cairan intravena, endoskopi fiberoptik

2). Gastritis Kronis
Etiologi :
Ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri H. Pylori
Patofisiologi:
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang kadang disebut sebagai gastritis H. pylori) mempengaruhi antrum dan pylorus. Ini dihubungkan dengan bakteri H. pylori; factor diet seperti minum panas atau pedas; penggunaan obat obatan dan alcohol; merokok atau refluks isi usus kedalam lambung.
Manifestasi klinis:
Pasien dengan gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali utnuk gerala defisiensi vitamin B12. Pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia,nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam dimuluit atau mual dan muntah.
Komplikasi :
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12.
Pemeriksaan penunjang:
o Pemeriksaan endoskopi dilanjutkan dengan hispatologi biopsy mukosa lambung
o Kultur
o Rapid ureum test (CLO)
Penatalaksanaan :
 Medis : atasi gastritis akut, antacid, antagonis H2 / inhibitor pompa peoton dan obat obat prokinetik.
 Perawatan : meningkatklan istirahat pasien, mengurangi stress, farmakoterapi

























PATH WAY


B. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1. Ansietas berhubungan dengan pengobatan
2. Risiko kurang volume cairan b.d anemia
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi
4. Nyeri b.d agen cedera biologis































C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS
1. Ansietas berhubungan dengan pengobatan
Tujuan Intervensi Rasional
Pasien mampu mengontrol kecemasannya
Dengan kriteria hasil:
1) Mengurangi faktor pencetus kecemasan
2) Memonitor intensitas kecemasan
3) Mengurangi rangsangan dari lingkungan saat cemas
4) Tidak ada perilaku cemas yang ditimbulkan
5) Mampu mengidentifikasi kecemasan Penurunan Kecemasan :
 Dengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian
 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan dan persepsi
 Berikan informasi factual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Instruksikan pasien menggunakan tehnik relaksasi
o Meningkatkan trust

o Mengurangi beban fikiran pasien, menciptakan perasaan lega

o Pasien mengetahui tentang penyakitnya, mengurangi kecemasan terhadap tindakan yang akan dilakukan

o Berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan, obat penenang

o Mendilatasi ketegangan otot otot
2. Risiko kurang volume cairan b.d anemia
Tujuan Intervensi Rasional
Cairan tubuh pasien seimbang
Dengan kriteria hasil:
1) Tekanan darah, suhu, nadi dalam batas normal
2) Tidak ada tanda tanda dehidrasi
3) Elastisitas turgor baik
4) Membrane mukosa lembab
5) Tidak ada tanda tanda kehausan yang berlebihan
6) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal
Manajemen Cairan :
 Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
 Monitor status hidrasi (kelembaban mukosa)
 Monitor status nutrisi.

 Atur kemungkinan transfusi
o Mengidentifikasi adanya gangguan keseimbangan cairan
o Mengenal adanya tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan
o Waspada terhadap komplikasi lanjutan
o Monitor tanda tanda anemia berat
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi
Tujuan Intervensi Rasional
Status nutrisi pasien : makanan dan cairan adekuat
Dengan kriteria hasil:
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda tanda malnutrisi
5) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Manajemen Nutrisi :
 Kaji adanya alergi makanan

 Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
o Mengurangi faktor resiko gangguan nutrisi
o Membantu pembentukan sel darah merah dalam absorbsi makanan
o Mempertahankan kelembaban kulit dan cairan dalam tubuh

o Mencapai kebutuhan nutrisi tubuh yang sesuai
4. Nyeri b.d agen cedera biologis
Tujuan Intervensi Rasional
Pasien mampu mengontrol nyeri
Dengan kriteria hasil :
1) Mengungkapkan rasa nyeri berkurang
2) Mampu mengidentifikasi nyeri (penyebab, lokasi)
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4) Mengungkapkan rasa nyaman
5) Tanda tanda vital dalam rentang normal Manajemen Nyeri :
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan factor presipitasi)
 Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
 Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
 Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
 Ajarkan tehnik relaksasi

 Evaluasi keefektifan control nyeri


Administrasi Analgesik :
o Tentukan lokasi, karakteristik,kualitas dan derajat nyeri
o Cek instruksi doktertentang jenis obat, dosis dan frekuensi
o Cek riwayat alergi
o Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan berat nyeri

o Sebagai data dasar untuk mengevaluasi kefektifan tindakan mengurangi nyeri

o Memastikan letak nyeri

o Kekuatan pasien dalam mengatasi nyeri
o Membandingkan tingkat tahanan terhadap nyeri masa lalu dengan sekarang, pemberian dosis obat
o Mengurangi ketegangan otot otot, menciptakan perasaan rileks
o Sebagai acuan tindakan keperawatan selanjutnya


o Menentukan dosis obat


o Mencegah terjadinya kesalahan dalam prinsip 6 B
o Menentukan pemberian obat
o Efektifitas penanganan nyeri

Definisi tumor

Definisi tumor

TUMOR merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Dalam bahasa medisnya, TUMOR dikenal sebagai NEOPLASIA. Neo berarti baru, plasia berarti pertumbuhan/pembelahan, jadi NEOPLASIA mengacu pada pertumbuhan sel yang baru, yang berbeda dari pertumbuhan sel-sel di sekitarnya yang normal.

Dari pengertian tumor diatas, TUMOR dibagi mejadi 2 golongan besar yaitu TUMOR jinak (benign) dan TUMOR ganas ( malignant) atau yang popular dengan sebutan KANKER.
Perbedaan utama di antara keduanya adalah bahwa tumor ganas lebih berbahaya dan fatal sesuai dengan kata ‘ganas’ itu sendiri. Gambarannya begini, walaupun tumor ganas atau kanker itu berada pada jaringan di kaki, hal itu dalam tahap lanjut dapat mengakibatkan kematian. Tumor jinak hanya dapat menimbulkan kematian secara langsung terkait dengan lokasi tumbuhnya yang membahayakan misalnya tumor di leher yang dapat menekan saluran napas.
Pertumbuhannya.
TUMOR GANAS ( KANKER ) tumbuhnya relative lebih cepat karena memang lebih aktif dan agresif, akibatnya jika di permukaan tubuh akan tampak tumor membesar dengan cepat dan seringkali di puncaknya disertai dengan luka atau pembusukan yang tidak kunjung sembuh. Luka menahun ini diakibatkan suplai nutrisi kepada sel-sel tumor tidak mampu mengimbangi lagi sel-sel tumor yang jumlah sangat cepat berlipat ganda, akibatnya sel-sel yang berada diujung tidak mendapat nutrisi dan mati. Jadi hati-hati jika memiliki luka yang kotor dan tidak kunjung sembuh dengan pengobatan bahkan bertambah luas.
Perluasannya.
TUMOR JINAK tumbuh secara ekspansif atau mendesak, tetapi tidak merusak struktur jaringan sekitarnya yang normal. Hal ini dikarenakan tumor jinak memiliki kapsul yang membatasi antara bagian sel-sel tumor yang abnormal dengan sel-sel normal. Sebaliknya pada TUMOR GANAS ( KANKER ) yang memang tak berkapsul, TUMOR GANAS ( KANKER ) ini tumbuhnya infiltratif atau menyusup sembari merusak jaringan disekitarnya. Pertumbuhan semacam ini pertama kali ditemukan oleh Hippocrates – bapak ilmu kedokteran – dan beliau menamakan sebagai CANCER (bahasa latin dari kepiting) karena menurutnya proses infiltratif seperti demikian menyerupai bentuk capit kepiting. Akibat proses infiltratif tersebut, maka jaringan disekitar tumor ganas seringkali rusak, dan jika jaringan yang diinfiltrasi itu berupa pembuluh darah maka tumor jenis ini dapat menimbulkan gejala perdarahan. Contohnya, pada kanker paru salah satu gejalanya adalah batuk darah.


Kekambuhan.
TUMOR JINAK umumnya dengan dioperasi secara tepat jarang untuk kambuh lagi. TUMOR GANAS ( KANKER ) memiliki kekambuhan lebih tinggi dikarenakan proses pembedahannya sulit untuk benar-benar tuntas dikarenakan memang jaringan abnormal ini tidak berkapsul sehingga sulit untuk dibedakan dan dipisahkan dari jaringan normal sekitarnya yang sudah diinfiltrasi. Selain itu tumor ganas tahap lanjut umumnya penyebaran sudah lebih luas bahkan sudah bermetasasis jauh sehingga operasi adalah tidak mungkin menyembuhkan lagi karena sel-sel ganas sudah ada hampir di setiap bagian tubuh.
. Metastasis.
Metastasis merupakan anak sebar, artinya kemampuan suatu jaringan tumor untuk lepas dari induknya dan menempel serta mampu hidup dan berkembang lebih lanjut pada jaringan tubuh lain yang letaknya jauh dari jaringan tumor induk. Misalnya kanker payudara dapat bermetastasis hingga ke paru-paru dan menyebabkan gangguan proses pernapasan. Jalur metastasis bisa melalui aliran darah, aliran limfe maupun proses terlepas/terjatuh langsung menempel pada tempat tertentu. Metastasis hanya terjadi pada tumor ganas. Tumor jinak tidak pernah bermetastasis. Oleh karena metastasis inilah maka tumor ganas pada kaki misalnya dapat berakibat fatal terhadap penderitanya.
Gambaran selular.
Tumor ganas di bawah mikroskop akan tampak sekumpulan sel-sel yang seringkali tidak menyerupai jaringan normal semestinya, bahkan sel-sel ganas bisa memberi gambaran yang sama sekali tidak menyerupai sel apapun dalam tubuh manusia (tidak berdiferensiasi/anaplasi). Sedangkan tumor jinak umumnya diferensiasinya baik, artinya gambaran sel-selnya masih serupa sel-sel normal asalnya namun aktvitas pembelahannya saja yang lebih aktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin anaplastik / berdiferensiasi semakin buruk suatu tumor maka tumor itu pastilah semakin ganas.
Faktor-faktor penyebab tersebut antara lain:
a) Bahan Kimia: Zat yang terdapat pada asap rokok
b) Penyinaran yang berlebihan
c) Virus: Beberapa virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik.
c) Hormon: Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu.
d) Rangsangan fisik berulang: Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh yang berulang dalam waktu yang lama

HIRSCHPRUNG

2.1 PENGERTIAN HIRSCHPRUNG
Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah suatu kelainan kongenital yang ditandai dengan penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Sehingga menyebabkan terakumulasinya feses dan dilatasi kolon yang Pasif. Hirschsprung terjadi karena adanya permasalahan pada persarafan usus besar paling bawah, mulai anus hingga usus di atasnya. Syaraf yang berguna untuk membuat usus bergerak melebar menyempit biasanya tidak ada sama sekali atau kalaupun ada sedikit sekali. Namun yang jelas kelainan ini akan membuat BAB bayi tidak normal, bahkan cenderung sembelit terus menerus. Hal ini dikarenakan tidak adanya syaraf yang dapat mendorong kotoran keluar dari anus. Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna bisa berjalan di sepanjang usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis ini disebut gerakan peristaltik). Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut ganglion, yang terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit Hirschsprung, ganglion ini tidak ada, biasanya hanya sepanjang beberapa sentimeter. Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak dapat mendorong bahan-bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan. Penyakit Hirschsprung 5 kali lebih sering ditemukan pada bayi laki-laki. Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan bawaan lainnya, misalnya sindroma Down.

2.2 PENYEBAB HIRSCHPRUNG
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus. Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
a. Keturunan karena penyakit ini merupakan penyakit bawaan sejak lahir.
b. Faktor lingkungan
c. Tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon.
d. Ketidakmampuan sfingter rectum berelaksasi

2.3 TANDA DAN GEJALA HIRSCHPRUNG
Gejala dan tanda dapat bermacam-macam berdasarkan keparahan dari kondisi kadang-kadang mereka muncul segera setelah bayi lahir. Pada saat yang lain mereka mungkin saja tidak tampak sampai bayi tumbuh menjadi remaja ataupun dewasa.
Gejala-gejala umum yang mungkin terjadi:
a. segera setelah lahir, bayi tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada bayi baru lahir)
b. tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
perut menggembung muntah
c. diare encer (pada bayi baru lahir)
d. berat badan tidak bertambah
e. malabsorbsi.
1. Pada kelahiran baru ( NEONATUS )tanda dapat mencakup
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
b. Enggan minum
c. Distensi abdomen
d. Muntah. Mencakup muntahan cairan hijau disebut bile-cairan pencernaan yang diproduksi di hati.
e. Konstipasi atau gas
f. Diare
2. Pada bayi dan anak-anak yang lebih tua, tanda dapat mencakup
a. Konstipasi
b. Diare berulang
c. Tinja seperti pita, berbau busuk
d. Distensi abdomen
e. Gagal tumbuh
f. Perut yang buncit
g. Peningkatan berat badan yang sedikit
h. Masalah dalam penyerapan nutrisi, yang mengarah penurunan berat badan, diare atau keduanya dan penundaan atau pertumbuhan yang lambat.
i. Infeksi kolon, khususnya anak baru lahir atau yang masih sangat muda, yang dapat mencakup enterocolitis, infeksi serius dengan diare, demam dan muntah dan kadang-kadang dilatasi kolon yang berbahaya.
Pada anak-anak yang lebih tua atau dewasa, gejala dapat mencakup konstipasi dan nilai rendah dari sel darah merah (anemia) karena darah hilang dalam feses.

2.4 PATOFISIOLOGI HIRSCHPRUNG
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon. Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar
2.5 PENATALAKSANAAN HIRSCHPRUNG
 Pembedahan
Pembedahan pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap. Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double–barrel sehingga tonus dan ukuran ususyang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan). Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya antara 9 dan 10 Kg), satudari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara memotong usus aganglionik dan menganastomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan jarak 1 cm dari anus. Prosedur Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon nromal ke arah bawah dan menganastomosiskannya di belakang anus aganglionik, menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut. Pada prosedur Swenson, bagian kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end pada kolon bergangliondengan saluran anal yang dilatasi. Sfinterotomi dilakukan pada bagian posterior. Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan prosedur yang paling banyak dilakukanuntuk mengobati penyakit hirsrcprung. Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
 Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
 Tindakan bedah sementara
Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat dan keadaan umum memburuk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling distal.
 Perawatan
Perawatann yang terjadi :
• Pada kasus stabil, penggunaan laksatif sebagian besar dan juga modifikasi diet dan wujud feses adalah efektif.
• Obat kortikosteroid dan obat anti-inflamatori digunakan dalam megakolon toksik-Tidak memadatkan dan tidak menekan feses menggunakan tuba anorektal dan nasogastric.
 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Kimia Darah
Pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal biasanya dalam batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang sesuai dengan dehidrasi. Pemeriksaan ini dapat membantu mengarahkan pada penatalaksanaan cairan dan elektrolit.
b. Darah Rutin
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui hematokrit dan platelet preoperatiof.
c. Profil Koagulasi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada gangguan pembekuan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi dilakukan.
2) Pemeriksaan Radiologi
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan : Daerah transisi, Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit, Entrokolitis padasegmen yang melebar,Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam.
2. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
3. Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum
4. Pemeriksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase.
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus.
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
Pengobatan medis
Tujuan umum dari pengobatan ini mencakup 3 hal utama yaitu :
1. Untuk menangani komplikasi dari penyakit Hirschsprung yang tidak terdeteksi,
2. Sebagai penatalaksanaan sementara sebelum operasi rekonstruktif definitif dilakukan, dan
3. Untuk memperbaiki fungsi usus setelah operasi rekonstruksi.
Penatalaksanaan komplikasi diarahkan pada penyeibanan cairan dan elektrolit, menghindari distensi berlebihan, dan mengatasi komplikasi sistemik, seperti sepsis. Maka dari itu, hydrasi intravena, dekompressi nasogastrik, dan jika diindikasikan, pemberian antibiotik intravena memiliki peranan utama dalam penatalaksanaan medis awal. Pembersihan kolon, yaitu dengan melakukan irigasi dengan rectal tube berlubang besar dan cairan untuk irigasi. Cairan untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan elektrolit. Irigasi calon secara rutin dan terapi antibiotik propilaksis telah menjadi prosedur untuk mengurangi resiko terjadinya enterocolitis. Injeksi BOTAX pada sphincter interna terbukti memicu pola pergerakan usus yang normal pada pasien post-operatif.

apakah blog ini bermanfaat bagi anda...?,