TEHNIK PEMBERIAN OBAT
Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara di antaranya: oral, parenteral, rektal, vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung, dengan menggunakan
prinsip enam tepat ( enam benar ) yakni :
1. Benar nama pasien
2. Benar nama obat
3. Benar dosis obat
4. Benar cara pemberian
5. Benar waktu pemberian.
6. Benar dokumentasi
PEMBERIAN OBAT PER ORAL
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Alat dan Bahan:
1. Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat.
2. Obat dan tempatnya.
3. Air minum dalam tempatnya.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Baca obat, dengan berprinsip 6 benar
4. Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
• Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
• Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman.
• Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
6. Cuci tangan.
PEMBERIAN OBAT JARINGAN INTRAKUTAN
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dengan tujuan untuk melakukan tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.
Alat dan Bahan:
1. Daftar buku obat/catatan, jadual pemberian obat.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Spuit 1 cc:/spuit insulin.
4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
5. Cairan pclarut.
7. Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit).
8. Bengkok.
9. Perlak dan alasnya.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang buka dan ke ataskan.
4. Pasang perlak/ pengalas di bawah bagian yang disuntik.
5. Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquadcs (cairan pelarut) kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
6. Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan.
7. Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik.
8. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat dengan permukaan kulit.
9. Semprotkan obat hingga terjadi gelembung.
10. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
11. Catat reaksi pc;mberian.
12. Cuci tangan dan c:atat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis obat.
PEMBERIAN OBAT INTRAVENA
Cara memberikan obat melalui vena secara langsung, di antaranya vena mediana cubiti/cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), vena langsung
frontalis/temporalis (kepala), yang bertujuan agar reaksi cepat dan masuk pada pembuluh darah.
Alat dan Bahan:
1. Daftar buku obat/catatan, jadual pemberian obat.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Spuit sesuai dengan jenis ukuran.
4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
5. Cairan pelarut.
6. Bak injeksi.
7. Bengkok.
8. Perlak dan alasnya.
9. Karet pembendung (torniquet).
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka atau ke ataskan.
4. Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Apabila obat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan pelarut (aquades steril).
5. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan.
6. Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi.
7. Desinfeksi dengan kapas alkohol.
8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet) pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan/minta bantuan atau membendung di atas vena yang akan dilakukan penyuntikan.
9. Ambil spuit yang berisi obat.
10. Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah.
11. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan obat hingga habis.
12. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukkan dengan kapas alkohol, dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
13. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
14. Cuci tangan.
PEMBERIAN OBAT INTRAVENA TIDAK LANGSUNG (VIA WADAH)
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
Alat dan Bahan:
1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Wadah cairan (kantong/botol).
4. Kapas alkohol.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat pc:nyuntikan obat pada daerah kantong.
5. Lakukan dcsinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuiti hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong/wadah c:airan.
7. Setelah selesai tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantong cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
8. Periksa kecepatan infus.
9. Cuci tangan.
10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
PEMBERIAN OBAT INTRAVENA MELALUI SELANG
Alat dan Bahan:
1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran.
2. Obat dalam tcmpatnya.
3. Selang intravena.
4. Kapas alkohol.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada dacrah selang intra vena.
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memas.ukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam sdang intra vena.
7. Setelah selesai tarik spuit.
8. Periksa kecepatan infus dan obsc:rvasi reaksi obat.
9. Cuci tangan.
10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.
PEMBERIAN OBAT PER INTRAMUSKULAR
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid). Tujuannya agar absorpsi obat lebih cepat.
Alat dan Bahan:
1. Daftar buku obat/catatan, jadual pemberian obat.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Spuit sesuai dengan ukuran, jarum sesuai dengan ukuran: dewasa panjang 2,5-3,75 cm, anak panjang 1,25-2,5 cm.
4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
5. Cairan pelarut.
6. Bak injeksi.
7. Bengkok.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu letakkan pada bak injeksi.
4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan).
5. Desinfeksi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
6. Lakukan Penyuntikan:
a. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fieksi.
b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fieksi.
c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fieksi dan diletakkan di depan tiungkai bawah.
d. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau bcrbaring mendatar lengan atas fieksi.
7. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
8. Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis.
9. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas alkohol, kemudian spuit yang telah digunakan letakkan pada bengkok.
10. Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
11. Cuci tangan.
PEMBERIAN OBAT VIA ANUS/REKTUM
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.
Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
Alat dan Bahan:
1. Obat suppositoria dalam tempatnya.
2. Sarung tangan.
3. Kain kasa.
4. Vaselin/pelicin/pelumas.
5. Kertas tisu.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin.
6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
7. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5 menit.
9. Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.
10. Cuci tangan.
11. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.
PEMBERIAN OBAT PER VAGINA
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi local
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya.
2. Sarung tangan.
3. Kain kasa.
4. Kertas tisu.
5. Kapas sublimat dalam tempatnya.
6. Pengalas.
7. Korentang dalam tempatnya.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
6. Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.
7. Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat.
8. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
9. Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.
10. Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
11. Cuci tangan.
12. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.
Catatan: apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk krim yang tertera pada kemasan, renggangkan lipatan labia dan masukkan aplikator kurang lebih 7,5 cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat dan lanjutkan sesuai langkah nomor 8,9,10,11.
PEMBERIAN OBAT PADA KULIT
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei.
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim,aerosol, sprei).
2. Pinset anatomis.
3. Kain kasa.
4. Kertas tisu.
5. Balutan.
6. Pengalas.
7. Air sabun, air hangat.
8. Sarung tangan.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Bersihkan daerah yang akan di beri obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan, mengompres.
7. Kalau perlu tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati.
8. Cuci tangan.
PEMBERIAN OBAT PADA MATA
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
2. Pipet.
3. Pinset anatomi dalam tempatnya.
4. Korentang dalam tempatnya.
5. Plestier.
6. Kain kasa.
7. Kertas tisu.
8. Balutan.
9. Sarung tangan.
10. Air hangat/kapas pelembab.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke arah hidung, apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita.
7. Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva. Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata.
8. Apabila obat mata jenis salep pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakkan kelopak mata.
9. Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10. Cuci tangan.
11. Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian.
PEMBERIAN OBAT PADA TELINGA
Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis media), dapat berupa obat antibiotik.
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya.
2. Penetes.
3. Spekulum telinga.
4. Pinset anatomi dalam tempatnya.
5. Korentang dalam tempatnya.
6. Plester.
7. Kain kasa.
8. Kertas tisu.
9. Balutan.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
4. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas/ke belakang (pada orang dewasa), ke bawah pada anak.
5. Apabila obat berupa tetes, maka teteskan obat pada dinding mencegah terhalang oleh gelembung udara dengan jumlah dengan dosis.
6. Apabila berupa salep maka ambil kapas lidi dan oleskan masukkan atau oleskan pada liang telinga.
7. Pertahankan posisi kepala kurang lebih 2-3 menit.
8. Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu.
9. C uci tangan.
10. Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.
PEMBERIAN OBAT PADA HIDUNG
Cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung yang dapat dilakukan ada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya.
2. Pipet.
3. Spekulum hidung.
4. Pinset anatomi dalam tempatnya.
5. Korentang dalam tempatnya.
6. Plester.
7. Kain kasa.
8. Kertas tisu.
9. Balutan .
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan cara:
a. Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
b. Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
c. Berbaring dengan bantal di bawah. bahu dan kcpala belakang.
4. Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama
5. Cuci tangan.
6. Catat, c:ara, tanggal, dan dosis pemberian obat.
Tampilkan postingan dengan label kdm. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kdm. Tampilkan semua postingan
askep kelebihan volume cairan
Diposting oleh: Unknown -
MAKALAH
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (KDM)
KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
Oleh ;
I Ketut Mudiarsa (090808)
PRODI D-III KEPERAWATAN
AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA
YOGYAKARTA
2009/2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan volume cairan dalah suatu keadaan ketika individu beresiko mengalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler. (Carpenito, 2000). Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan cairan sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup.
B. Rumusan Masalah
- Menjelaskan pengertian Kelebihan Volume Cairan
- Menjelaskan Etiologi Kelebihan Volume Cairan
- Menjelaskan patofisiologi Kelebihan Volume Cairan
- Menjelaskan tanda dan gejala Kelebihan Volume Cairan
- Menjelaskan komplikasi Kelebihan Volume Cairan
- Menjelaskan asuhan keperawatan Kelebihan Volume Cairan
C. Tujuan
- Mengetahui pengertian Kelebihan Volume Cairan
- Mengetahui Etiologi Kelebihan Volume Cairan
- Mengetahui patofisiologi Kelebihan Volume Cairan
- Mengetahui tanda dan gejala Kelebihan Volume Cairan
- Mengetahui komplikasi Kelebihan Volume Cairan
- Mengetahui asuhan keperawatan Kelebihan Volume Cairan
BAB II
HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan)
A. Pengertian
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth. 2002).
B. Etiologi
Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan.
Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran darah menjadi sangat kecil. Minum air dalam jumlah yang sangat banyak biasanya tidak menyebabkan overhidrasi jika kelenjar hipofisa, ginjal dan jantung berfungsi secara normal. Overhidrasi lebih sering terjadi pada orang-orang yang ginjalnya tidak membuang cairan secara normal, misalnya pada penderita penyakit jantung, ginjal atau hati. Orang-orang tersebut harus membatasi jumlah air yang mereka minum dan jumlah garam yang mereka makan.
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
C.Patofisiologi
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan / adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisis elektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler
E.Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
1. Gagal ginjal, akut atau kronik
2. Berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung
3. Infark miokard
4. Gagal jantung kongestif
5. Gagal jantung kiri
6. Penyakit katup
7. Takikardi/aritmia Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma rendah, etensi natrium
8. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker
9. Berhubungan dengan kerusakan arus balik vena
10. Varikose vena
11. Penyakit vaskuler perifer
12. Flebitis kronis
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD (penurunan TD saat jantung gagal) nadi kuat, asites, krekles (rales). Ronkhi, mengi, distensi vena leher, kulit lembab, takikardia, irama galop
2. Protein rendah
3. Anemia
4. Retensi air yang berlebihan
5. Peningkatan natrium dalam urine
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan mengembalikan CES pada normal. Tindakan dapat berupa hal berikut :
1) Pembatasan natrium dan air.
2) Diuretik.
3) Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue : pada gagal ginjal atau kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.
H. Pedoman Penyuluhan Keluarga
Beri pasien dan orang terdekat instruksi verbal dan tertulis tentang hal berikut:
1) Tanda dan gejala hipervolemia.
2) Gejala-gejala yang memerlukan pemberitahuan dokter setelah pulang dari rumah sakit; sesak nafas, nyeri dada, ketidakteraturan nadi baru.
3) Diet rendah garam, bila diprogramkan; gunakan pengganti garam; dan hindari makanan yang mengandung natrium tinggi.
4) Obat-obatan : termasuk nama, tujuan, dosis, frekwensi, kewaspadaan dan potensial efek samping; tanda dan gejala hipokalemia bila pasien menggunakan diuretik.
5) Pentingnya pembatasan cairan bila hipervolemia berlanjut.
6) Pentingnya penimbangan berat badan setiap hari.
I. Asuhan Keperawatan
DOMAIN 2 : NUTRISI
Kelas :
1) Pengkajian
- Data Subjektif
a) Kaji batasan karakteristik
1. Riwayat gejala
Adanya keluhan :
Napas pendek
Penambahan berat badan
Awitan/durasi
Lokasi
Gambaran
Kelemahan/keletihan
Edema
b) Kaji faktor-faktor yang berhubungan
(1) Riwayat faktor-faktor penyebab dan penunjang
Riwayat diabetes pada keluarga atau perorangan
Kehamilan
Awal menstruasi
Penyakit jantung atau gagal ginjal
Penyakit hati
Alkoholik
Hiper atau hipertiroidisme
Terapi steroid
Malnutrisi
Masukan garam berlebihan
Penggunaan enema air hangat yang berlebihan
Obstruksi limfatik
Penggantian cairan yang berlebihan
(2) Masukan nutrisi
Perkiraan masukan protein (adekuat/tak adekuat)
Perkiraan masukan kalori (adekuat/tak adekuat/kelebihan)
Perkiraan masukan cairan (adekuat/tak adekuat/kelebihan)
Konsumsi alcohol setiap hari (jenis dan jumlah)
Masukan dan haluaran dalam 24-72 jam
Data Objektif
Nadi (kuat atau tidak teratur).
Pernapasan : frekuensi (takipnea), kualitas dangkal, bunyi paru ronki, tekanan darah meningkat.
Edema : Tekan ibu jari paling sedikit 5 detik, catat sisa sisa lekukannya. Catat derajat dan lokasi (kaki, tumit, tangan, sacrum, keseluruhan secara umum).
Penambahan berat badan
Distensi vena leher (distensi vena setinggi 45 derajat mungkin ada indikasi terjadinya kelebihan cairan atau berkurangnya curah jantung.
2) Diagnosa Keperawatan
Pengertian:
Kelebihan volume cairan adalah Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan karakteristik :
Peningkatan berat badan cepat
Intake lebih banyak dari output
Perubahan tekanan darah, tekanan arteri pulmonal, peningkatan tekananvena sentral (CVP)
Edema,dapat berkambang ke anasarka
Distensi vena jugularis
Perubahan pola respirasi, dispnea, napas pendek, ortopnea, suara abnormal : rales atau crakles, kongesti paru, efusi fleura .
Penurunan Hb dan hemato krit, gangguan elekrolit, khususnya berat jenis.
Bunyi jantung
Reflek hepatojugular positif
Oliguria, azotemia
Perubahan status mental, gelisah cemas
Faktor Yang Berhubungan :
Mekanisme pengaturan melemah
Kelebihan intake cairan
Kelebihan intake sodium
3) NOC
Kelebihan volume cairan
Definisi: peningkatan retensi cairan isotonik
1. Keseimbangan cairan
2. Keparahan Kelebihan cairan
3. Fungsi ginjal
4. Status pernafasan
5. Tanda-tanda vital
6. Berat: massa tubuh
1. Cardiopulmonary status
Definisi: kecukupan volume darah dikeluarkan dari, ventrikel dan pertukaran karbon dioksida dan oksigen pada tingkat alveolar.
Indikator :
• Tekanan darah sistolik
• Tekanan darah diastolik
• Irama jantung
• Status pernapasan
• Irama pernapasan
• Kedalaman inspirasi
• Sianosis
• Memerah
• Diaphoresis
2. Keseimbangan cairan
Definisi: balence air dalam kompartemen intraselular dan ekstraselular tubuh
Indikator :
• Tekanan darah
• 24-jam asupan dan keluaran keseimbangan
• Berat badan stabil
• Turgor kulit
• Selaput lendir basah
• Serum elektrolit
• Hematokrit
3. Hipotensi ortostatik
Indikator :
• Bunyi napas Adventitious
• Asites
• Urat leher destention
• Peripheral edema
• Lembut, bola mata cekung
• Kebingungan
• Haus
• Kram otot
• Pusing
4. Kelebihan cairan keparahan
Definisi: keparahan kelebihan cairan di dalam kompartemen intraselular dan ekstraselular tubuh
Indikator :
• Tangan edema
• Sakralis edema
• Kaki edema
• Malaise
• Kejang
• Koma
• Peningkatan tekanan darah
• Urin menurun
5. Fungsi ginjal
Definisi: filtrasi darah dan penghapusan limbah metabolik produk melalui pembentukan urin
Indikator :
• Serum kreatinin
• Urine bobot
• Warna Urine
• Urine protein
• Urine PH
• Urine elctrolytes
• Arteri bikarbonat (HCO 3)
• PH arteri
• Serum elektrolit
6. Status pernafasan
Definisi: pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru dan pertukaran karbon dioksida dan oksigen pada tingkat alveolar.
Indikator :
• Status pernapasan
• Irama pernapasan
• Kedalaman inspirasi
• Bunyi napas Auscultated
• Pencapaian yang diharapkan spirometer insentif
• Vital cavacity
• Saturasi oksigen
• Tes fungsi paru
7. Tanda-tanda vital
Defiition: sejauh mana suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah berada dalam kisaran normal
Indikator :
• Suhu tubuh
• Jantung apikal
• Apikal irama jantung
• Denyut nadi radial
• Status pernapasan
• Irama pernapasan
• Tekanan darah sistolik
• Tekanan darah diastolik
• Tekanan nadi
• Kedalaman inspirasi
8. Berat: massa tubuh
Definisi: sejauh mana berat badan otot dan lemak kongruen dengan bingkai hei jenis kelamin dan usia.
Indikator :
• Bobot
• Ketebalan lipatan kulit trisep
• Pinggang / pinggul lingkar rasio (manusia)
• Persentase lemak tubuh
• Lingkar kepala persentil (anak)
• Tinggi persentil (anak)
• Berat persentil (anak)
4) NIC
KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
1. Elektrolit Manajemen
Kegiatan:
• Memonitor kadar elektrolit serum yang abnormal sebagai tersedia
• Monitor untuk manifestasi dari ketidakseimbangan elektrolit
• Berikan cairan, yang sesuai
• Menjaga akurasi catatan asupan dan keluaran
• Menjaga larutan yang mengandung elektrolit intravena pada laju aliran konstan sesuai
• Mendapatkan memerintahkan spesimen untuk analisis laboratorium kadar elektrolit (misalnya, ABG, urin, dan serum levels), yang sesuai
• Sediakan diet sesuai untuk pasien `s ketidakseimbangan elektrolit (mis., kalium-kaya, rendah sodium, dan karbohidrat rendah)
• Anjurkan pasien dan atau keluarganya pada modifikasi diet khusus, sesuai
• Ajarkan pasien dan keluarga tentang penyebab dan jenis pengobatan ketidakseimbangan elektrolit, sesuai
• Monitor pasien `s tanggapan terhadap terapi elektrolit diresepkan
• Memantau efek samping dari resep tambahan elektrolit (mis., GI iritasi)
2. Elektrolit Monitoring
Definisi: Pengumpulan dan analisis data pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit
KEGIATAN:
• Memantau tingkat serum elektrolit
• Memantau albumin serum dan total protein level, seperti ditunjukkan
• Mengidentifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
• Memonitor neurologis manifestasi dari ketidakseimbangan elektrolit (misalnya, diubah sensorium dan kelemahan)
• Memantau kecukupan ventilasi
• Monitor untuk mual, muntah, dan diare
• Memonitor penyakit medis yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit
• Monitor tanda-tanda / gejala disiorentation hiponatremia, otot twicthing, mual dan muntah, kram perut, sakit kepala, kejang, lesu dan penarikan diri, dan koma
• Monitor untuk tanda-tanda dan gejala ekstrem hypernatremia haus, kering, selaput lendir lengket, diubah mentation: dan kejang
• Monitor untuk tanda-tanda dan gejala hyperphosphatemia: takikardia, mual, diare, perut, kram, kelemahan otot, flaccid paralysis, dan peningkatan reflexses
• Mengajarkan pasien cara-cara untuk mencegah atau meminimalkan ketidakseimbangan elektrolit
3. Manajemen Cairan
Definisi: promosi keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi yang dihasilkan dari cairan yang tidak normal atau tidak dikehendaki tingkat
Kegiatan:
• Berat setiap hari dan memantau tren
• Count atau berat popok, sesuai
• Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (egincreased gravitasi spesifik, peningkatan BUN, penurunan hematokrit, dan peningkatan tingkat osmolatily urin)
• Monitor tanda-tanda vital sesuai
• Monitor untuk indikasi kelebihan cairan / retensi
• memantau perubahan berat badan sebelum dan setelah dialisis jika diperlukan
• Menilai lokasi dan memperluas edema, jika ada
• Monitor status gizi
• Berikan cairan, yang sesuai
• Konsultasikan dengan dokter, jika tanda-tanda dan gejala dari kelebihan volume cairan menetap atau woesen
4. Pemantauan Cairan
Definisi: pengumpulan dan analisis data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan
Kegiatan:
• Monitor berat
• Monitor asupan dan keluaran
• Memantau elektrolit serum dan urin nilai-nilai, yang sesuai
• Monitor tekanan darah, denyut jantung, dan status pernafasan
• monitor tekanan darah dan perubahan irama jantung, yang sesuai
• Monitor mocous membran, turgor kulit, dan haus
• Catatan kehadiran atau tidak adanya vertigo pada naik
5. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Definisi: pengumpulan dan analisis kardiovaskular pernapasan dan data suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi
Kegiatan:
• Monitor tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan status repiratory sebagaimana mestinya
• Auscultate tekanan darah pada kedua lengan dan membandingkan, yang sesuai
• Monitor irama jantung dan laju
• Memantau frekuensi dan irama pernafasan (misalnya, kedalaman dan simetri)
• Monitor suara paru
• Memonitor pernapasan abnormal patterms (mis., Cheyne-stoke, kussmaul, Biot, apneustic, ataxic, repiration dan berlebihan mendesah)
• Monitor warna kulit, suhu, dan kelembaban
• Mengidentifikasi kemungkinan penyebab perubahan dalam tanda-tanda vital
6. Shock Pencegahan
Definisi: mendeteksi dan merawat pasien yang beresiko akan terjadinya guncangan
Kegiatan:
• Monitor untuk pemahaman, meningkatkan kecemasan dan perubahan status mental
• Monitor suhu dan status pernafasan
• Monitor asupan dan keluaran
• Monitor nilai laboratorium terutama Hgb dan tingkat HCT, penggumpalan profil, ABG dan tingkat elektrolit, budaya dan kimia profil
• Catatan jumlah dan frekuensi warna kotoran vomitus dan drainase nasogastric
• Monitor tanda-tanda / gejala asites
• Melakukan tes kulit untuk menentukan agen menyebabkan anafilaksis dan / atau reaksi alergi yang sesuai
• Anjurkan pasien dan / atau keluarganya pada faktor menimbulkan guncangan
BAB III
KESIMPULAN
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. www.google.com.http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/17/implikasikeperawatan-atas-masalah-cairan-tubuh/
2. Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan (Edisi 3). Jakarta : EGC
3. www.scribd.com
4. www.wikipedia.com
5. http://www.medicastore.com
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (KDM)
KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
Oleh ;
I Ketut Mudiarsa (090808)
PRODI D-III KEPERAWATAN
AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA
YOGYAKARTA
2009/2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan volume cairan dalah suatu keadaan ketika individu beresiko mengalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler. (Carpenito, 2000). Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan cairan sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup.
B. Rumusan Masalah
- Menjelaskan pengertian Kelebihan Volume Cairan
- Menjelaskan Etiologi Kelebihan Volume Cairan
- Menjelaskan patofisiologi Kelebihan Volume Cairan
- Menjelaskan tanda dan gejala Kelebihan Volume Cairan
- Menjelaskan komplikasi Kelebihan Volume Cairan
- Menjelaskan asuhan keperawatan Kelebihan Volume Cairan
C. Tujuan
- Mengetahui pengertian Kelebihan Volume Cairan
- Mengetahui Etiologi Kelebihan Volume Cairan
- Mengetahui patofisiologi Kelebihan Volume Cairan
- Mengetahui tanda dan gejala Kelebihan Volume Cairan
- Mengetahui komplikasi Kelebihan Volume Cairan
- Mengetahui asuhan keperawatan Kelebihan Volume Cairan
BAB II
HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan)
A. Pengertian
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth. 2002).
B. Etiologi
Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan.
Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran darah menjadi sangat kecil. Minum air dalam jumlah yang sangat banyak biasanya tidak menyebabkan overhidrasi jika kelenjar hipofisa, ginjal dan jantung berfungsi secara normal. Overhidrasi lebih sering terjadi pada orang-orang yang ginjalnya tidak membuang cairan secara normal, misalnya pada penderita penyakit jantung, ginjal atau hati. Orang-orang tersebut harus membatasi jumlah air yang mereka minum dan jumlah garam yang mereka makan.
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
C.Patofisiologi
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan / adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisis elektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler
E.Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
1. Gagal ginjal, akut atau kronik
2. Berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung
3. Infark miokard
4. Gagal jantung kongestif
5. Gagal jantung kiri
6. Penyakit katup
7. Takikardi/aritmia Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma rendah, etensi natrium
8. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker
9. Berhubungan dengan kerusakan arus balik vena
10. Varikose vena
11. Penyakit vaskuler perifer
12. Flebitis kronis
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD (penurunan TD saat jantung gagal) nadi kuat, asites, krekles (rales). Ronkhi, mengi, distensi vena leher, kulit lembab, takikardia, irama galop
2. Protein rendah
3. Anemia
4. Retensi air yang berlebihan
5. Peningkatan natrium dalam urine
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan mengembalikan CES pada normal. Tindakan dapat berupa hal berikut :
1) Pembatasan natrium dan air.
2) Diuretik.
3) Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue : pada gagal ginjal atau kelebihan beban cairan yang mengancam hidup.
H. Pedoman Penyuluhan Keluarga
Beri pasien dan orang terdekat instruksi verbal dan tertulis tentang hal berikut:
1) Tanda dan gejala hipervolemia.
2) Gejala-gejala yang memerlukan pemberitahuan dokter setelah pulang dari rumah sakit; sesak nafas, nyeri dada, ketidakteraturan nadi baru.
3) Diet rendah garam, bila diprogramkan; gunakan pengganti garam; dan hindari makanan yang mengandung natrium tinggi.
4) Obat-obatan : termasuk nama, tujuan, dosis, frekwensi, kewaspadaan dan potensial efek samping; tanda dan gejala hipokalemia bila pasien menggunakan diuretik.
5) Pentingnya pembatasan cairan bila hipervolemia berlanjut.
6) Pentingnya penimbangan berat badan setiap hari.
I. Asuhan Keperawatan
DOMAIN 2 : NUTRISI
Kelas :
1) Pengkajian
- Data Subjektif
a) Kaji batasan karakteristik
1. Riwayat gejala
Adanya keluhan :
Napas pendek
Penambahan berat badan
Awitan/durasi
Lokasi
Gambaran
Kelemahan/keletihan
Edema
b) Kaji faktor-faktor yang berhubungan
(1) Riwayat faktor-faktor penyebab dan penunjang
Riwayat diabetes pada keluarga atau perorangan
Kehamilan
Awal menstruasi
Penyakit jantung atau gagal ginjal
Penyakit hati
Alkoholik
Hiper atau hipertiroidisme
Terapi steroid
Malnutrisi
Masukan garam berlebihan
Penggunaan enema air hangat yang berlebihan
Obstruksi limfatik
Penggantian cairan yang berlebihan
(2) Masukan nutrisi
Perkiraan masukan protein (adekuat/tak adekuat)
Perkiraan masukan kalori (adekuat/tak adekuat/kelebihan)
Perkiraan masukan cairan (adekuat/tak adekuat/kelebihan)
Konsumsi alcohol setiap hari (jenis dan jumlah)
Masukan dan haluaran dalam 24-72 jam
Data Objektif
Nadi (kuat atau tidak teratur).
Pernapasan : frekuensi (takipnea), kualitas dangkal, bunyi paru ronki, tekanan darah meningkat.
Edema : Tekan ibu jari paling sedikit 5 detik, catat sisa sisa lekukannya. Catat derajat dan lokasi (kaki, tumit, tangan, sacrum, keseluruhan secara umum).
Penambahan berat badan
Distensi vena leher (distensi vena setinggi 45 derajat mungkin ada indikasi terjadinya kelebihan cairan atau berkurangnya curah jantung.
2) Diagnosa Keperawatan
Pengertian:
Kelebihan volume cairan adalah Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan karakteristik :
Peningkatan berat badan cepat
Intake lebih banyak dari output
Perubahan tekanan darah, tekanan arteri pulmonal, peningkatan tekananvena sentral (CVP)
Edema,dapat berkambang ke anasarka
Distensi vena jugularis
Perubahan pola respirasi, dispnea, napas pendek, ortopnea, suara abnormal : rales atau crakles, kongesti paru, efusi fleura .
Penurunan Hb dan hemato krit, gangguan elekrolit, khususnya berat jenis.
Bunyi jantung
Reflek hepatojugular positif
Oliguria, azotemia
Perubahan status mental, gelisah cemas
Faktor Yang Berhubungan :
Mekanisme pengaturan melemah
Kelebihan intake cairan
Kelebihan intake sodium
3) NOC
Kelebihan volume cairan
Definisi: peningkatan retensi cairan isotonik
1. Keseimbangan cairan
2. Keparahan Kelebihan cairan
3. Fungsi ginjal
4. Status pernafasan
5. Tanda-tanda vital
6. Berat: massa tubuh
1. Cardiopulmonary status
Definisi: kecukupan volume darah dikeluarkan dari, ventrikel dan pertukaran karbon dioksida dan oksigen pada tingkat alveolar.
Indikator :
• Tekanan darah sistolik
• Tekanan darah diastolik
• Irama jantung
• Status pernapasan
• Irama pernapasan
• Kedalaman inspirasi
• Sianosis
• Memerah
• Diaphoresis
2. Keseimbangan cairan
Definisi: balence air dalam kompartemen intraselular dan ekstraselular tubuh
Indikator :
• Tekanan darah
• 24-jam asupan dan keluaran keseimbangan
• Berat badan stabil
• Turgor kulit
• Selaput lendir basah
• Serum elektrolit
• Hematokrit
3. Hipotensi ortostatik
Indikator :
• Bunyi napas Adventitious
• Asites
• Urat leher destention
• Peripheral edema
• Lembut, bola mata cekung
• Kebingungan
• Haus
• Kram otot
• Pusing
4. Kelebihan cairan keparahan
Definisi: keparahan kelebihan cairan di dalam kompartemen intraselular dan ekstraselular tubuh
Indikator :
• Tangan edema
• Sakralis edema
• Kaki edema
• Malaise
• Kejang
• Koma
• Peningkatan tekanan darah
• Urin menurun
5. Fungsi ginjal
Definisi: filtrasi darah dan penghapusan limbah metabolik produk melalui pembentukan urin
Indikator :
• Serum kreatinin
• Urine bobot
• Warna Urine
• Urine protein
• Urine PH
• Urine elctrolytes
• Arteri bikarbonat (HCO 3)
• PH arteri
• Serum elektrolit
6. Status pernafasan
Definisi: pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru dan pertukaran karbon dioksida dan oksigen pada tingkat alveolar.
Indikator :
• Status pernapasan
• Irama pernapasan
• Kedalaman inspirasi
• Bunyi napas Auscultated
• Pencapaian yang diharapkan spirometer insentif
• Vital cavacity
• Saturasi oksigen
• Tes fungsi paru
7. Tanda-tanda vital
Defiition: sejauh mana suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah berada dalam kisaran normal
Indikator :
• Suhu tubuh
• Jantung apikal
• Apikal irama jantung
• Denyut nadi radial
• Status pernapasan
• Irama pernapasan
• Tekanan darah sistolik
• Tekanan darah diastolik
• Tekanan nadi
• Kedalaman inspirasi
8. Berat: massa tubuh
Definisi: sejauh mana berat badan otot dan lemak kongruen dengan bingkai hei jenis kelamin dan usia.
Indikator :
• Bobot
• Ketebalan lipatan kulit trisep
• Pinggang / pinggul lingkar rasio (manusia)
• Persentase lemak tubuh
• Lingkar kepala persentil (anak)
• Tinggi persentil (anak)
• Berat persentil (anak)
4) NIC
KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
1. Elektrolit Manajemen
Kegiatan:
• Memonitor kadar elektrolit serum yang abnormal sebagai tersedia
• Monitor untuk manifestasi dari ketidakseimbangan elektrolit
• Berikan cairan, yang sesuai
• Menjaga akurasi catatan asupan dan keluaran
• Menjaga larutan yang mengandung elektrolit intravena pada laju aliran konstan sesuai
• Mendapatkan memerintahkan spesimen untuk analisis laboratorium kadar elektrolit (misalnya, ABG, urin, dan serum levels), yang sesuai
• Sediakan diet sesuai untuk pasien `s ketidakseimbangan elektrolit (mis., kalium-kaya, rendah sodium, dan karbohidrat rendah)
• Anjurkan pasien dan atau keluarganya pada modifikasi diet khusus, sesuai
• Ajarkan pasien dan keluarga tentang penyebab dan jenis pengobatan ketidakseimbangan elektrolit, sesuai
• Monitor pasien `s tanggapan terhadap terapi elektrolit diresepkan
• Memantau efek samping dari resep tambahan elektrolit (mis., GI iritasi)
2. Elektrolit Monitoring
Definisi: Pengumpulan dan analisis data pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit
KEGIATAN:
• Memantau tingkat serum elektrolit
• Memantau albumin serum dan total protein level, seperti ditunjukkan
• Mengidentifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
• Memonitor neurologis manifestasi dari ketidakseimbangan elektrolit (misalnya, diubah sensorium dan kelemahan)
• Memantau kecukupan ventilasi
• Monitor untuk mual, muntah, dan diare
• Memonitor penyakit medis yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit
• Monitor tanda-tanda / gejala disiorentation hiponatremia, otot twicthing, mual dan muntah, kram perut, sakit kepala, kejang, lesu dan penarikan diri, dan koma
• Monitor untuk tanda-tanda dan gejala ekstrem hypernatremia haus, kering, selaput lendir lengket, diubah mentation: dan kejang
• Monitor untuk tanda-tanda dan gejala hyperphosphatemia: takikardia, mual, diare, perut, kram, kelemahan otot, flaccid paralysis, dan peningkatan reflexses
• Mengajarkan pasien cara-cara untuk mencegah atau meminimalkan ketidakseimbangan elektrolit
3. Manajemen Cairan
Definisi: promosi keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi yang dihasilkan dari cairan yang tidak normal atau tidak dikehendaki tingkat
Kegiatan:
• Berat setiap hari dan memantau tren
• Count atau berat popok, sesuai
• Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (egincreased gravitasi spesifik, peningkatan BUN, penurunan hematokrit, dan peningkatan tingkat osmolatily urin)
• Monitor tanda-tanda vital sesuai
• Monitor untuk indikasi kelebihan cairan / retensi
• memantau perubahan berat badan sebelum dan setelah dialisis jika diperlukan
• Menilai lokasi dan memperluas edema, jika ada
• Monitor status gizi
• Berikan cairan, yang sesuai
• Konsultasikan dengan dokter, jika tanda-tanda dan gejala dari kelebihan volume cairan menetap atau woesen
4. Pemantauan Cairan
Definisi: pengumpulan dan analisis data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan
Kegiatan:
• Monitor berat
• Monitor asupan dan keluaran
• Memantau elektrolit serum dan urin nilai-nilai, yang sesuai
• Monitor tekanan darah, denyut jantung, dan status pernafasan
• monitor tekanan darah dan perubahan irama jantung, yang sesuai
• Monitor mocous membran, turgor kulit, dan haus
• Catatan kehadiran atau tidak adanya vertigo pada naik
5. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Definisi: pengumpulan dan analisis kardiovaskular pernapasan dan data suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi
Kegiatan:
• Monitor tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan status repiratory sebagaimana mestinya
• Auscultate tekanan darah pada kedua lengan dan membandingkan, yang sesuai
• Monitor irama jantung dan laju
• Memantau frekuensi dan irama pernafasan (misalnya, kedalaman dan simetri)
• Monitor suara paru
• Memonitor pernapasan abnormal patterms (mis., Cheyne-stoke, kussmaul, Biot, apneustic, ataxic, repiration dan berlebihan mendesah)
• Monitor warna kulit, suhu, dan kelembaban
• Mengidentifikasi kemungkinan penyebab perubahan dalam tanda-tanda vital
6. Shock Pencegahan
Definisi: mendeteksi dan merawat pasien yang beresiko akan terjadinya guncangan
Kegiatan:
• Monitor untuk pemahaman, meningkatkan kecemasan dan perubahan status mental
• Monitor suhu dan status pernafasan
• Monitor asupan dan keluaran
• Monitor nilai laboratorium terutama Hgb dan tingkat HCT, penggumpalan profil, ABG dan tingkat elektrolit, budaya dan kimia profil
• Catatan jumlah dan frekuensi warna kotoran vomitus dan drainase nasogastric
• Monitor tanda-tanda / gejala asites
• Melakukan tes kulit untuk menentukan agen menyebabkan anafilaksis dan / atau reaksi alergi yang sesuai
• Anjurkan pasien dan / atau keluarganya pada faktor menimbulkan guncangan
BAB III
KESIMPULAN
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. www.google.com.http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/17/implikasikeperawatan-atas-masalah-cairan-tubuh/
2. Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan (Edisi 3). Jakarta : EGC
3. www.scribd.com
4. www.wikipedia.com
5. http://www.medicastore.com
Langganan:
Postingan (Atom)